Gonjang-ganjing SVB, BUMN Jangan Sembarang Investasi Startup
BUMN jangan sampai investasi sembarangan yang memunculkan potensi kerugian.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Associate Director BUMN Research Group LM (Lembaga Management) Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Toto Pranoto mengatakan kebangkrutan yang dialami Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat (AS) merupakan risiko bisnis. Toto menyebut perusahaan sejenis yang mengalami kegagalan seperti Softbank dari Jepang.
"Namun Softbank memiliki portofolio bisnis yang beragam sehingga kegagalan investasi di satu startup (perusahaan rintisan) bisa dicover oleh keberhasilan dalam membangun startup lainnya. Jadi istilahnya bisa bangkit kembali," ujar Toto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (14/3/2023).
Toto menyampaikan konsorsium BUMN venture capital yang disebut Merah Putih ditujukan supaya bisa mendorong startup lokal. Toto menilai ada peluang juga bagi BUMN untuk berinvestasi di startup global yang punya prospek bagus.
"Namun dengan kebijakan ini menunjukkan ada keberpihakan pada startup lokal. Ini juga sekaligus bisa menumbuhkan semangat dan motivasi," ucap Toto.
Toto menyebut keberpihakan tersebut mendorong adanya ekosistem startup lokal yang lebih baik. Pasalnya, ada jaminan pemerintah lewat BUMN untuk pengembangan bisnis mereka.
"Karena itu, BUMN jangan juga sampai investasi sembarangan yang bisa memunculkan potensi kerugian, maka pilihan investasi juga harus prudent," lanjut Toto.
Toto menyarankan BUMN berinvestasi pada startup yang sudah memasuki periode growth atau tumbuh. Pada fase ini, menurut Toto, startup sudah mempunyai pijakan yang relatif kuat.
"Jadi kemungkinan bertumbuh dan besar sangat potensial," kata Toto.