Industri Senjata Jerman Minta Kejelasan Tentang Pesanan Senjata untuk Ukraina

Industri pertahanan Jerman siap meningkatkan produksinya, tetapi butuhkan kejelasan

EPA/Diehl
Industri pertahanan Jerman meminta kejelasan mengenai pesanan senjata untuk Ukraina. Industri pertahanan siap meningkatkan produksinya, tetapi membutuhkan kejelasan tentang apa yang diinginkan pemerintah sebelum berinvestasi dalam kapasitas produksi lebih lanjut.
Rep: Rizky Jaramaya Red: Esthi Maharani

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Industri pertahanan Jerman meminta kejelasan mengenai pesanan senjata untuk Ukraina. Industri pertahanan siap meningkatkan produksinya, tetapi membutuhkan kejelasan tentang apa yang diinginkan pemerintah sebelum berinvestasi dalam kapasitas produksi lebih lanjut.

Ukraina menjadi importir senjata terbesar ketiga di dunia pada 2022. Invasi Rusia ke Ukraina memicu aliran besar bantuan militer dari Amerika Serikat dan Eropa ke Kiev. Beberapa senjata itu dipindahkan dari stok militer Barat ke Ukraina.

Sementara Kiev juga membeli peralatan dengan anggaran sendiri atau dana yang disediakan oleh sekutu. Tetapi tingkat penggunaan amunisi di Ukraina telah menimbulkan kekhawatiran tentang ketegangan pada kapasitas perusahaan pertahanan Barat, ketika mereka mencoba untuk menjaga militer Ukraina dan pasokan mereka sendiri.

“Yang penting bagi kami sebagai sebuah industri adalah mendapatkan prediktabilitas. Itu berarti kita harus diberi tahu dengan jelas produk mana yang dibutuhkan dalam waktu tertentu,” ujar Direktur Pelaksana Federasi Industri Keamanan dan Pertahanan Jerman, Hans Christoph Atzpodien, dalam sebuah wawancara dengan The Associated Press pekan ini.

Atzpodien menyatakan, industri pertahanan siap meningkatkan produksi dengan mengaktifkan kembali fasilitas dan mesin yang sudah usang, serta mempekerjakan lebih banyak staf.

“Dan kami siap. Industri ini jauh lebih fleksibel daripada yang diakui. Tentu saja, kami juga membutuhkan dasar yang kuat dalam bentuk pesanan agar investasi dapat dilakukan,” kata Atzpodien.

Atzpodien menambahkan, proposal untuk pembelian bundel di Uni Eropa daripada di tingkat nasional dapat membantu, asalkan proses seperti itu tidak memperlambat pengadaan. Para pejabat Jerman mengatakan, pertemuan para menteri luar negeri dan pertahanan Uni Eropa menghasilkan keputusan untuk menggabungkan pembelian senjata bagi Ukraina.

"Produsen senjata di Jerman juga ingin melihat negara-negara Eropa menyelaraskan aturan ekspor mereka agar tidak dirugikan dibandingkan dengan pesaing di beberapa negara tetangga," kata Atzpodien.

Setelah awalnya ragu mengirim senjata mematikan ke Ukraina, Jerman telah menjadi salah satu pemasok senjata terbesar di Kiev. Berlin memasok puluhan senjata anti-pesawat self-propelled Gepard, sistem rudal Iris-T, howitzer, dan jutaan amunisi ke Ukraina. Tetapi langkah pemerintah memasok senjata ke Ukraina membuat beberapa orang Jerman sangat tidak nyaman, karena kemungkinan negara mereka teseret ke dalam konflik nuklir Rusia. Kendati demikian, Atzpodien mengatakan, keputusan akhir tentang pengiriman atau ekspor senjata buatan Jerman tetap menjadi urusan pemerintah.

“Sebagai perusahaan, kami setuju bahwa senjata Jerman tidak boleh jatuh ke tangan yang salah,” kata Atzpodien.

Pemerintah Jerman pada Senin (13/3/2023) menolak mengomentari laporan bahwa Rheinmetall sedang dalam pembicaraan dengan Ukraina terkait pembangunan pabrik tank di negara itu. Pengadaan senjata Jerman  berada di bawah pengawasan setelah Kanselir Olaf Scholz berjanji meningkatkan pengeluaran pertahanan untuk target NATO sebesar 2 persen dari PDB dan menciptakan dana khusus sebesar 100 miliar euro atau 107 miliar dolar AS.


Baca Juga


Pada Selasa (14/3/2023) komisaris parlemen untuk militer, Eva Hoegl menyesalkan lambatnya upaya Jerman untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya atau Bundeswehr. Hoegl mencatat, tidak ada belanja militer menggunakan dana khusus 100 miliar euro tahun lalu, kendati beberapa pesanan besar telah dilakukan.

“Penting juga untuk segera mengganti peralatan yang diberikan ke Ukraina, dan mempercepat pemeliharaan peralatan yang ada. Bundeswehr memiliki segalanya terlalu sedikit, dan bahkan lebih sedikit lagi sejak 24 Februari (2022 atau invasi Rusia ke Ukraina). Kami memiliki terlalu sedikit tank untuk dapat berlatih secara memadai, perahu dan kapal tidak ada, pesawat tidak ada," ujar Hoegl.

Seiring dengan masuknya uang tunai karena perang di Ukraina, menteri pertahanan Jerman juga berusaha menaikkan anggarannya sebesar 10 miliar euro per tahun. Industri senjata Jerman berharap konflik tersebut akan menandai titik balik dalam pengeluaran militer.  

Beberapa bank dan investor di Uni Eropa tidak akan melakukan bisnis dengan sektor pertahanan karena kekhawatiran bahwa sektor tersebut terlibat dalam aktivitas yang tidak berkelanjutan. Atzpodien mengatakan, serangan Rusia terhadap Ukraina telah menunjukkan nilai industri tersebut.

“Tuntutan kami adalah agar produk yang kami kirimkan ke militer Jerman atau angkatan bersenjata NATO lainnya diakui oleh Uni Eropa sehingga mendukung keberlanjutan. Sinyal seperti itu akan menjadi penting agar para pelaku di pasar keuangan dapat menyesuaikannya," ujar Atzpodien.  




sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler