Posisi Duduk dan Jari Jemari Saat Tasyahud Menurut Empat Mazhab

Ulama berbeda pendpat terkait posisi duduk dan jari jemari tasyahud

Republika/Mardiah
Ilustrasi sholat. Ulama berbeda pendpat terkait posisi duduk dan jari jemari tasyahud
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para ulama mazhab memiliki perbedaan tertentu dalam menentukan posisi jari jemari saat tasyahud.  

Baca Juga


Dalam mazhab Syafii, misalnya, posisi jari ketika tasyahud adalah menggenggam jari jemari tangan kanan kecuali telunjuk.

M Masrur dalam buku Memahami Arti Bacaan Shalat menjelaskan, setelah posisi jari jemari tangan kanan menggenggam kecuali telunjuk maka menunjuk pada lafadz (Illa Allah) terus mengangkat telunjuk tanpa menggerakkannya hingga salam. Pandangan ke arah jari telunjuk.

Sedangkan dalam Mazhab Maliki, posisinya yakni menekuk jari jemari kecuali telunjuk dan jempol, menggerakkan jari telunjuk secara terus menerus ke kanan dan ke kiri dengan gerakan sedang.

Dalam Mazhab Hanafi, posisi jari jemari menunjuk dengan jari telunjuk sebelah kanan saja. Jari telunjuk di angkat ketika lafadz (laa Illaha) menurunkannya ketika lafadz (Illa Allah).

Dalam Mazhab Hanbali, posisi jari menekuk jari kelingking dan jari manis, melingkarkan jempol dan jari tengah, menunjuk dengan jari telunjuk pada tasyahud dan doa ketika menyebut lafaz Allah tanpa menggerakkannya. Setelah itu, membaca doa tasyahud sebagai berikut: 

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ,, اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ

“Attahiyyatul mubarokatussholawatut thoyyibatulillah. Assalamu alaika ayyuhannabiyyu wa rohmatullahi wa barokatuh. Assalamu alaina wa ala ibadillahissholihin. Asyahdu an laa ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah.” 

Yang artinya, “Segala penghormatan, keberkahan, doa-doa dan kebaikan hanya bagi Allah. Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu Wahai Nabi, demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang sholih. Aku bersaksi bahwa tiada sembahan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”.

Baca juga: http://republika.co.id/berita//rqtb5t320/perang-mahadahsyat-akan-terjadi-jelang-turunnya-nabi-isa-pertanda-kiamat-besar

Kemudian dilanjut:  

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ ‎وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيمَ وَعَلٰى آآلِ  إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ  مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلٰى آلِ  إِبْرَاهِيمَ،  فِى الْعَا لَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ 

“Allahumma sholli ala Muhammadin wa ala ali Muhammadin, kama sholaita ala Ibrahim, wa ala ali ibrahim, wa baarik ala Muhammad wa ala ali Muhammad, kama barakta ala Ibrahim wa ala ali Ibrahim, fil-alamina innaka hamidun majid.”

Yang artinya, “Ya Allah, curahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, dan kepada keluarganya, sebagaimana Engkau curahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Berikanlah keberkahan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberkahi kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Agung di seluruh alam."  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler