Bolehkah Menambahkan Lafaz Sayyidina dalam Bacaan Tasyahud Sholat?

Ulama Syafiiyah membolehkan tambahan sayyidina dalam tasyahud

Republika/Thoudy Badai
Ilustrasi duduk untuk tasyahud. Ulama Syafiiyah membolehkan tambahan sayyidina dalam tasyahud
Rep: Imas Damayanti Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Di antara gerakan sholat yang menjadi rukun adalah tasyahud. Persoalan yang diperselisihkan ulama adalah terkait dengan memberikan tambahan lafaz kata sayyidina dalam tasyahud. 

Baca Juga


Menurut M Masrur dalam buku Memahami Arti Bacaan Shalat, memberikan tambahan lafadz sayyidina masih diperselisihka para ulama.

Tetapi mayoritas ulama Syafii membolehkan, karena memberikan tambahan sayyidina pada riwayat adalah salah satu bentuk adab. Maka lebih baik dilakukan daripada ditinggalkan.

Adapun hadis yang mengatakan, “Jangan menyebut sayyidina untukku” ini adalah hadits palsu dan tidak bisa dijadikan dalil sebagaimana dijelaskan Syekh Wahbah Zuhaili dalam karyanya al-Fiqh al-Islamy wa Adillatahu. Dengan demikian maka lafaz tasyahud menjadi sebagai berikut: 

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ لِلَّهِ السَّلَامُ عَلَيْك أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ, أَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا  اللَّهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ  اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ  

‎وَعَلَى آلِ سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ، وَ بَارِكْ عَلٰى مُحَمَّدٍ  وَعَلَى آلِ  سَيِّدِ نَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ ، وَعَلٰى آلِ  سَيِّدِ نَا إِبْرَاهِيمَ،  فِى الْعَا لَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ 

 “Attahiyyatul mubarokatussholawatut thoyyibatulillah. Assalamu alaika ayyuhannabiyyu wa rohmatullahi wa barokatuh. Assalamu alaina wa ala ibadillahissholihin. Asyahdu an laa ilaha illallah wa asyhadu anna Muhammadan Rasulullah. Allahumma sholli ala sayyidina Muhammad.  Wa alaa aali sayyidina muhammad. Kamaa shallaita 'alaa sayyidinaa Ibraahim wa'alaa aali sayyidinaa ibraahim wabaarik 'alaa sayyidinaa muhammad wa 'alaa aali sayyidina muhammad. Kamaa baarakta 'alaa sayyidinaa ibraahiim wa 'alaa aali sayyidina Ibraahiim fil'aalamiina innaka hamiidum majiid.

 

Yang artinya, “Segala penghormatan, keberkahan, doa-doa dan kebaikan hanya bagi Allah. Semoga salam sejahtera selalu tercurahkan kepadamu Wahai Nabi, demikian pula rahmat Allah dan berkah-Nya dan semoga salam sejahtera selalu tercurah kepada kami dan hamba-hamba Allah yang saleh. Aku bersaksi bahwa tiada sembahan kecuali Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”.

Baca juga: http://republika.co.id/berita//rqtb5t320/perang-mahadahsyat-akan-terjadi-jelang-turunnya-nabi-isa-pertanda-kiamat-besar

Ya Allah, curahkanlah rahmat kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW, dan kepada keluarganya, sebagaimana Engkau curahkan rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Berikanlah keberkahan kepada junjungan kami, Nabi Muhammad SAW dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberkahi kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Mahaterpuji lagi Mahaagung di seluruh alam."   

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler