Film Buya Hamka Berdurasi 7 Jam, Sutradara: Penulisan Skenario Saja 4 Tahun Lebih

Film Buya Hamka akan dibagi menjadi tiga bagian.

Republika/Shelbi Asrianti
Para kru dan pemain film Buya Hamka. Sutradara film Buya Hamka, Fajar Bustomi, menyampaikan bahwa sinema mendatang akan dibagi menjadi tiga episode. (ilustrasi)
Rep: Shelbi Asrianti Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sutradara film Buya Hamka, Fajar Bustomi, menyampaikan bahwa sinema mendatang akan dibagi menjadi tiga episode. Pasalnya, masa hidup Buya Hamka yang merentang sejak lahir pada 1908 sampai wafat pada 1981 merupakan waktu yang panjang.

Baca Juga


"Makanya jadi film besar, dari lahir sampai dewasa semuanya menarik. Menulis skenarionya saja empat tahun lebih. Dari sekian panjang kisah itu, kami pilah," kata Fajar pada pemutaran terbatas film Buya Hamka bersama Wakil Presiden Republik Indonesia Ma'ruf Amin di Jakarta, Selasa (21/3/2023).

Dari sekian panjang kisah yang ada, semula total durasi direncanakan menjadi lima jam dan akan dibagi jadi dua film. Akan tetapi, seiring perjalanan produksi, total durasinya menjadi tujuh jam. "Sayang kalau kisah menarik ini diedit dan disingkirkan. Akhirnya diputuskan jadi tiga bagian karena tidak mau mengurangi 'rasa' dari film," ujar Fajar.

Total proses penggarapan film Buya Hamka memakan waktu sembilan tahun sejak 2014. Fajar menyebut biaya pembuatannya sangat besar, meski tidak memerinci totalnya. Dia hanya menyampaikan bahwa biaya riset mencapai Rp 1 miliar dan biaya merias sang aktor utama, Vino G Bastian, mencapai Rp 3 miliar.

Sineas yang juga menyutradarai film Dilan 1990 itu menganggap proyek film Buya Hamka sangat istimewa. Bahkan, Fajar kerap berdoa untuk bisa membuat film tentang Buya Hamka yang sangat dia kagumi. Fajar amat bersyukur mimpi itu akhirnya jadi kenyataan.

Selain kiprahnya sebagai ulama, sastrawan, dan jurnalis, Buya Hamka disebut Fajar punya banyak hal yang bisa diteladani. Buya Hamka memberi contoh cara bersikap dan bersyukur atas apa yang terjadi dalam hidupnya yang sangat "penuh".

Ada momen ketika Fajar menonton hasil film seorang diri dan dia mengaku menangis terharu. Fajar berharap film yang dibuat dengan tulus itu bisa mengabarkan kebaikan dan jadi tontonan warisan untuk anak cucu di masa depan.

"Sebagai filmmaker, saya tahu betul bagaimana dampak film bagi masyarakat. Saya percaya bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius. Semoga film ini bisa menggugah hati nurani dan menyebarkan kebaikan," ujar Fajar. Sinema biografi Buya Hamka siap tayang di bioskop pada 20 April 2023.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler