Masjid Solo Kembali Hadirkan 1.050 Porsi Bubur Samin Khas Ramadhan
Bubur dibagikan kepada masyarakat secara gratis tetapi bawa tempat sendiri-sendiri.
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Masjid Darusalam Jayengan, Serengan, Solo kembali membagikan bubur khas yang hanya ada di bulan Ramadhan, yakni bubur samin. Sebanyak kurang lebih 1.050 porsi bubur samin disiapkan gratis untuk masyarakat.
Bubur Samin sendiri memiliki cita rasa gurih yang terbuat dari beras, daging sapi, susu, rempah, dan santan ini menjadi makin istimewa karena diolah dengan resep khusus dengan minyak samin yang nantinya memiliki ciri khas warna kekuningan. Bubur tersebut pun dibagikan secara gratis kepada masyarakat.
"Ada 1.050 porsi dibagikan kepada masyarakat secara gratis tetapi membawa tempat sendiri-sendiri. Kami setiap hari setiap Ramadhan memasak 1.300 porsi namun yang 250 untuk takjil di masjid," kata ketua takmir masjid Darusalam, M Rosyidi, Kamis (23/3/2023).
Rosyidi menjelaskan bahwa dulu bubur samin hanya bisa dinikmati oleh kalangan internal saja. Namun, sejak tahun 1985 kemudian bubur ini mulai dibagikan kepada masyarakat setiap kali bulan Ramadhan.
"Alhamdulillah mulai tahun 1985 sampai 2019 trus sampai sekarang. Dulu itu sehari buatnya sampai 15 kilo sekarang menjadi 47 kilo berasnya," katanya.
Salah seorang warga asal Banyumas, Churotul Ainiyah (40) mengaku bahwa dirinya selalu menyempatkan diri datang ke Solo apabila Ramadhan. Pasalnya ia mengaku sangat menyukai bubur samin.
"Ada kekhasan sendiri bubur samin itu karena memang berpuluh puluh tahun ada di sini. Rasanya gurih ada rasa seperti masakan khas Arab pokoknya enak," katanya.
Churotul mengaku dirinya datang sekitar pukul 14.00 WIB. Alasannya adalah agar dirinya kebagian bubur tersebut. "Setiap tahun juga kesini terus. Antri dari 14.00 WIB. ya rela antre biar tetap kebagian, saya bawa tiga tempat," katanya.
Sementara itu, Rina (49 tahun) warga Gajahan, Pasar Kliwon mengaku bahwa dirinya ikut mengantre bubur tersebut lantaran rasanya yang enak juga karena untuk ibunya yang sudah berusia lanjut, 75 tahun. Ia mengatakan ibunya sangat menyukai bubur tersebut lantaran tekstur yang lembut juga rasanya yang enak.
"Setiap Ramadhan ke sini, buburnya juga saya bawakan buat ibu saya soalnya udah tua juga dan sukanya yang lembut-lembut. Kalau rasanya juga ngangenin soalnya adanya cuma di bulan Ramadhan," katanya mengakhiri.