Pelaku Penembakan Presiden Haiti Mengaku Bersalah
Rodolphe Jaar salah satu dari 11 terdakwa kasus penembakan Presiden Haiti
REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRICE -- Salah satu pelaku pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise mengaku bersalah di pengadilan Amerika Serikat (AS). Pria yang memiliki kewarganegaraan ganda Haiti dan Chili itu mengaku bersalah atas tiga dakwaan dalam pembunuhan 2021 lalu.
Berdasarkan dokumen pengadilan, Rodolphe Jaar salah satu dari 11 terdakwa kasus ini. Termasuk seorang pengusaha yang dituduh membantu mendapat kendaraan dan senjata api dari Florida dan seorang mantan tentara Kolombia.
Berdasarkan pernyataan pembelaan yang ditandatangani Jaar, Jumat (24/3/2023) ia menyediakan personel dan dana untuk menculik Moise tapi rencana itu berubah menjadi rencana pembunuhan. Sebagian dana digunakan membeli senjata dan menyuap beberapa petugas keamanan presiden.
Berdasarkan pernyataan tersebut Jaar bertemu dengan pelaku lainnya di malam sebelum pembunuhan. Saat itu seorang warga AS keturunan Haiti, James Solages mengatakan tujuannya membunuh Moise.
Dokumen pengadilan menambahkan Jaar juga bertemu terdakwa lainnya termasuk mantan senator Haiti Joseph Joel John, warga negara AS keturunan Haiti Joseph Vincent, mantan perwira militer Kolombia German Rivera dan seorang warga negara Venezuela yang memiliki perusahaan keamanan swasta di Miami, Antonio Intriago.
Dalam pernyataan Departemen Kehakiman AS yang dirilis tidak lama setelah penangkapannya tahun lalu Jaar juga dituduh membantu sekelompok orang Kolombia yang terlibat dalam kasus ini untuk bersembunyi dari pihak berwenang Haiti. Jaar ditahan di Republik Dominika pada awal 2022.
Dokumen pengadilan mengatakan vonis Jaar dijadwalkan akan diumumkan pada 2 Juni mendatang di Miami. Ia dapat dihukum seumur hidup. Pengacara menolak memberikan komentar.
Pembunuhan Moise menciptakan kevakuman politik di Haiti dan membuat geng-geng bersenjata semakin berani. Kini geng-geng itu menguasai sebagian besar wilayah Haiti.
Negara Karibia itu mengalami krisis kemanusiaan dengan setidaknya 160 ribu orang terpaksa mengungsi. Haiti meminta negara-negara asing mengirimkan pasukan untuk membantu polisi lokal.