Warganet Berdebat Soal Ibu Minta Tukar Kursi Pesawat Demi Anak, Ini Kata Traveler
Apakah Anda bersedia bertukar kursi di pesawat jika diminta?
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akhir pekan lalu, jagat maya diramaikan dengan perdebatan soal ibu yang meminta penumpang lain bertukar kursi di sebuah penerbangan. Ibu itu beralasan bahwa anaknya baru pertama kali naik pesawat terbang, sehingga ingin menikmati pemandangan di dekat jendela.
Warganet pun memiliki komentar beragam. Sebagian mengaku rela saja bertukar kursi agar si anak senang, sementara sebagian lain tidak ingin pindah dengan berbagai alasan.
Penulis cerita perjalanan, Olenka Priyadarsani, menyampaikan tanggapannya terkait hal itu. Ibu dua anak ini berpengalaman pelesiran keliling banyak negara sejak buah hatinya masih bayi.
"Kalau menurut saya, tidak masalah bila ada orang yang minta tukar tempat. Tapi, dia juga harus ikhlas kalau yang orang yang diminta tukar tidak mau. Masalahnya, di Indonesia ini kan banyak orang tidak enakan. Jadi, ada yang mau tukar tempat tapi sebenarnya dalam hati menggerutu," kata Olenka saat dihubungi Republika.co.id, Senin (27/3/2023).
Namun, apabila ditinjau dari segi keselamatan, menurut Olenka, lebih baik duduk di kursi yang sudah ditetapkan masing-masing sesuai manifes penerbangan. Apabila orang tua memang ingin memberikan pengalaman duduk dekat jendela untuk anak, ada baiknya melakukan pemilihan tempat duduk sejak saat pembelian tiket.
Persiapan seperti itu akan menjamin kenyamanan keluarga dan orang lain, tidak perlu meminta penumpang lain untuk bertukar kursi. Olenka yang kini berdomisili di Yogyakarta tersebut menyampaikan pengalaman ketika anak-anaknya masih balita.
Kala itu, Olenka dan keluarganya terbang dengan maskapai berbiaya murah. Maskapai demikian kerap memberikan kursi secara acak, sehingga anak dan orang tua bisa saja duduk terpisah.
Untuk mengantisipasi hal itu, Olenka selalu memilih untuk membeli layanan pick a seat. Dengan layanan tersebut, otomatis penggagas situs backpackology.me itu bisa memilih untuk duduk bersama anak-anaknya dan akan punya satu window seat alias kursi dekat jendela.
Olenka pun bisa menentukan posisi barisan kursi, misalnya di bagian agak belakang sehingga dekat dengan toilet. Ketika anak agak rewel, itu tidak akan terlalu mengganggu orang banyak.
Sementara, pada maskapai full service, orang tua dan anak otomatis akan duduk sebelahan. Ketika check in, penumpang bisa meminta window seat.
Bagaimana jika ada yang meminta bertukar kursi? Sebagai seorang ibu, bila kasusnya adalah anak terpisah duduk dengan orang tua, Olenka mengaku bakal sukarela bertukar tempat duduk.
Akan tetapi, bila alasannya anak ingin duduk di dekat jendela, keinginan Olenka untuk bertukar kursi disebut tergantung mood. Bisa jadi, untuk penerbangan jarak dekat seperti Jakarta-Yogyakarta, dia akan mengikhlaskan. Soalnya, dia lebih senang duduk di kursi dekat lorong sehingga bisa cepat keluar saat pesawat mendarat.
"Kalau saya menolak tukar, itu sebenarnya bukan memberi pelajaran kepada anak, tapi lebih cenderung memberi pelajaran pada orang tua agar lebih bersiap ketika bepergian dengan anak," ujar Olenka yang ikut menulis buku Ransel Mini Keliling Dunia.
Sejauh ini, Olenka justru pernah mendapat permintaan tukar kursi dari penumpang lain saat bepergian menggunakan moda transportasi kereta api. Penumpang yang meminta tukar adalah orang dewasa yang ingin duduk bersebelahan dengan pasangannya.
Alasannya, mereka tidak ingin duduk terpisah lorong. Olenka menolak karena menurut dia alasannya terlalu absurd.
"Lagi pula, saya sengaja memilih kursi dekat jendela karena mau tidur. Percayalah, lebih banyak orang dewasa yang minta tukar kursi daripada orang tua dengan anak kecil," ucap pemilik family guest house OmahSelo Jogja itu.