Kekerasan Seksual di Industri Film Paling Rawan Terjadi di Divisi Ini

Beberapa divisi film terindikasi sering terjadi kekerasan seksual.

www.freepik.com
Kekerasan seksual (ilustrasi). Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) mengungkapkan divisi produksi film mana saja yang rawan menjadi korban kekerasan seksual.
Rep: Rahma Sulistya Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) mengungkapkan divisi produksi film mana saja yang rawan menjadi korban kekerasan seksual. Karena adanya relasi kuasa, biasanya para atasan yang kerap menjadi pelaku terhadap bawahan mereka.

Baca Juga


“Paling banyak intern ya, dan memang relasi kuasa ini mau tidak mau di mana pun pasti ada,” ujar produser dan sutradara Miles Films, Mira Lesmana, saat ditemui usai Diskusi Panduan Pencegahan Kekerasan Seksual di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

Dia menyebutkan, tim artistik bisa menjadi divisi yang rawan mengalami kekerasan seksual karena sering begadang bersama untuk membangun set lokasi syuting.  Korban dari aktris yang masuk dalam radar Aprofi, kebanyakan para aktris baru.

“Ada relasi kuasa, memanfaatkan, dan ketidakmengertian, ‘Kalau nggak ikutin kata gue, lo nggak akan bisa masuk ke dunia ini’. Mereka akhirnya takut,” kata produser yang telah mencetak beberapa film ikonik itu.

Produser dan sutradara Gina S Noer mengatakan beberapa divisi yang terindikasi sering terjadi kekerasan seksual, salah satunya adalah divisi wardrobe, di mana kebanyakan beranggotakan perempuan. “Pemain (aktris) juga, bukan yang besar-besar saja, lebih banyak biasanya extras (figuran) karena situasinya bisa ekstrem banget. Kalau di anggota Aprofi aman, di tempat produksi lain tuh anak magang bisa jadi korban,” kata Gina dalam kesempatan yang sama.

Yang juga kerap terjadi adalah penipuan casting yang mengharuskan para aktris baru membuka baju hingga diharuskan membayar biaya tidak jelas. Hal ini yang mendorong Aprofi mengesahkan Standar Operasional Prosedur (SOP) Adegan Intim dalam Film.

Dalam SOP tersebut, proses casting tidak boleh melibatkan ketelanjangan sama sekali, tidak boleh melibatkan adegan ciuman, atau simulasi adegan seks sama sekali. Kecuali, adegan yang melibatkan pemain itu hanya adegan seks, tapi itu pun tetap memiliki batasan tersendiri. Jika casting membutuhkan simulasi adegan ciuman atau kontak fisik lainnya, maka akan dilakukan seakan-akan adegan itu dilakukan, tanpa ada kontak fisik dalam arti sebenarnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler