Komunitas Suporter Bali Sesalkan Sikap Gubernur Bali Usai FIFA Batalkan Status Tuan Rumah

Wayan Koster dinilai mencampuradukkan manuver politik dengan olahraga.

ANTARA/Wahyu Putro A
Gubernur Bali I Wayan Koster (kanan) menyampaikan paparan saat menjadi pembicara pada Forum Kepala Daerah dalam rangkaian Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) 2022 di BICC, Nusa Dua, Bali, Senin (23/5/2022). (Ilustrasi)
Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komunitas suporter sepak bola Bali menyesalkan sikap Gubernur Bali I Wayan Koster yang melakukan kecerobohan dengan menolak kehadiran Timnas Israel yang memicu pembatalan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20. Wayan Koster dinilai melakukan manuver politik yang melebihi kewenanangan sebagai gubernur.

Hal itu disampaikan Presidium Nasional Suporter Sepakbola Indonesia-Bali, I Gede Putu Sugiatmika. Ia mengatakan pembatalan ini menjadi kerugian bagi negara secara umum, dan Bali secara khusus kehilangan potensi pemasukan secara ekonomi. Menurutnya, pembatalan ini telah menghancurkan mimpi anak-anak bangsa untuk bermain di level dunia.

"Pembatalan ini juga mengancam eksistensi semua pemain yang menggantungkan hidup secara ekonomi dari sepak bola jika ancaman sanksi dari FIFA menjadi realita," kata I Gede Putu Sugiatmika dalam keterangannya, Sabtu (1/4/2023).

Menyikapi pembatalan tuan rumah Piala Dunia U-20, komunitas suporter Bali menggagas diskusi publik di Wantilan DPRD Bali, Renon, Denpasar, Bali, pada Sabtu (1/4/2023). Gede Putu Sugiatmika mengatakan, meski tidak mampu mengubah apapun, diskusi tersebut diharapkan dapat memberikan kesadaran kepada para pihak yang berperan menggagalkan perhelatan berskala internasional ini.

Gede Putu Sugiatmika menyebut, I Wayan Koster kurang memiliki kepekaan dan telah mencampuradukan manuver politik dengan olahraga. Pernyataan yang menyebut adanya pertimbangan keamanan, menurutnya kurang tepat. Pasalnya, kata dia, hal itu justru mengerdilkan kemampuan negara untuk menjamin keamanan di wilayah sendiri.

"Dengan tidak mengecilkan potensi gangguan keamanan yang mungkin muncul, hal itu seakan (menunjukkan) negara tunduk dengan potensi gangguan keamanan yang mungkin terjadi dengan kedatangan Timnas Israel. Pandangan ini dinilai mengikis kebanggaan atas rasa percaya diri sebagai bangsa yang besar," tegasnya.

Menurutnya, Gurbernur Bali telah menjadi bagian sadar dari situasi kegaduhan yang terjadi. Apalagi, kata dia, tidak ada pernyataan sedikitpun menunjukkan sikap menyesal. "Dengan ini suporter menuntut agar ada pertanggungjawaban moril bapak gubernur kepada publik bola. Agar meminta maaf secara terbuka. Untuk menghindari preseden buruk ke depan," kata I Gede Putu.

Baca Juga


BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler