Inflasi Terkendali, Jokowi: Perkuat Daya Beli Masyarakat
Jokowi mengecek harga dan pasokan berbagai kebutuhan pokok.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecek harga dan pasokan berbagai kebutuhan pokok menjelang hari raya lebaran di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur dan Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (5/4/2023). Menurut dia, harga sejumlah kebutuhan bahan pangan saat ini pun masih baik dan bahkan beberapa komoditas mengalami penurunan sesuai pantauan Badan Pusat Statistik (BPS).
"Saya kira ini baik sesuai dengan pantauan BPS kemarin memang terjadi deflasi. Ini bagus dalam posisi mau lebaran tapi harga-harga turun," kata Jokowi di Pasar Johar Baru, Jakarta Pusat.
Jokowi menilai penurunan harga berbagai kebutuhan pokok ini akan memperkuat daya beli masyarakat.
"Yang jelas harga banyak yang turun sehingga akan memperkuat daya beli rakyat," kata Jokowi.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan laju kenaikan harga barang dan jasa pada Ramadhan tahun ini lebih terkendali dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Berdasarkan data BPS, tingkat inflasi Maret 2023 yang bertepatan dengan awal Ramadhan mencapai 0,18 persen dibandingkan bulan sebelumnya (mtm).
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini mengatakan, inflasi pada periode sama 2022 mencapai 0,40 persen. Adapun pada 2021 tercatat sebesar 0,32 persen.
“Terlihat bahwa inflasi bulan Maret 2023 yang bertepatan dengan awal Ramadhan relatif lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya,” kata Pudji dalam konferensi pers, Senin (3/4/2023).
Pudji menjelaskan, lebih rendahnya inflasi pada Maret 2023 terjadi karena permintaan yang tidak setinggi kondisi sebelum pandemi. Meskipun pada Maret sudah memasuki awal Ramadhan, pola konsumsi masyarakat belum 100 persen normal.
“Artinya, dari sisi permintaan belum tinggi,” ujar Pudji.
Faktor lain yang menyebabkan lebih rendahnya inflasi Maret atau Ramadhan tahun ini karena pada tahun-tahun sebelumnya, masa bulan Ramadhan masuk satu bulan penuh dalam pantauan BPS.
“Ramadhan tahun ini memang berbeda dengan Ramadhan tahun-tahun sebelumnya karena kita awal Ramadhan hanya 10 hari karena dimulai 23 Maret,” kata Pudji.
Penyebab lain melambatnya inflasi Ramadhan tahun ini juga ditahan oleh beberapa komoditas atau tarif yang mengalami penurunan harga dan menyumbang andil deflasi yang besar. Salah satu tarif yang menyumbang deflasi cukup besar adalah tarif air minum PDAM yang mengalami deflasi cukup besar.
Air minum PDAM memiliki andil deflasi sebesar 0,07 persen. Selain itu, ada komunitas lain yang menyumbang deflasi, seperti bawang merah mencapai 0,04 persen dan cabai merah sebesar 0,02 persen.
Secara umum, tingkat inflasi Maret 2023 yang sebesar 0,18 persen, lebih tinggi dibandingkan Februari 2023 yang tercatat sebesar 0,16 persen. Dia menjelaskan, penyebab utama inflasi bulanan di antaranya komoditas tarif angkutan udara, bensin, beras, cabai merah, dan rokok kretek filter.
Tingkat inflasi bulanan Maret 2023 lebih rendah jika dibandingkan periode yang sama pada 2022. Dia menuturkan, inflasi pada Maret 2022 mencapai 0,66 persen. Secara tahunan, inflasi Maret 2023 mencapai 4,97 persen.
Adapun penyumbang utama inflasi tahunan di antaranya adalah komoditas bensin, beras, rokok kretek filter, tarif angkutan udara, dan bahan bakar rumah tangga.
Walau inflasi bulanan dinilai masih terkendali, BPS mengingatkan agar mewaspadai adanya kenaikan harga sejumlah komoditas, khususnya saat menjelang Lebaran Idul Fitri 2023. Dia menjelaskan, komoditas tersebut, seperti daging sapi, daging ayam, ras, bawang merah telur, ayam ras, dan lainnya. Kenaikan tarif angkutan udara juga perlu diwaspadai.