Najwa Shihab: Pesantren Kilat Baznas di Kapal TNI AL Sangat Inspiratif

Najwa Shihab menilai Pesantren Ekspresi kegiatan tepat untuk saling berinteraksi

dok Baznas
Jurnalis senior Najwa Shihab mengajak generasi milenial untuk terus meningkatkan kemampuan diri agar tetap survive di era society 5.0, saat mengisi acara di Pesantren Kilat Ekspedisi Ramadhan Penuh Inspirasi (Ekspresi) Baznas, Jumat (7/4/2023).
Rep: Umar Mukhtar Red: Ichsan Emrald Alamsyah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jurnalis senior yang juga Co Founder Narasi TV, Najwa Shihab, hadir dalam sesi kegiatan pesantren kilat Ekspedisi Ramadhan Penuh Inspirasi (Ekspresi) Baznas pada Jumat (7/4/2023) pagi.


Najwa datang pada sekitar pukul 9.30 WIB. Kedatangannya langsung disambut riuh oleh para peserta kegiatan. Peserta yang tadinya duduk di belakang langsung maju ke depan dengan antusias.

Dalam kesempatan itu, Najwa memberikan semangat kepada para peserta agar melakukan sesuatu yang bermakna dalam hidup. Dia mengajak peserta untuk selalu melakukan eksplorasi terhadap berbagai hal baru. Eksplorasi hal baru penting karena di era sekarang, perubahan terjadi begitu cepat. Terlebih di era digital yang terus mengalami perkembangan.

Namun Najwa mengungkapkan, generasi muda sekarang ini terkadang tidak sadar tentang betapa besarnya kekuatan yang mereka miliki. Padahal jelas Indonesia membutuhkan mereka, karena hanya anak mudalah yang masih mau belajar.

"Cuma anak muda yang masih mau belajar, dan negeri ini perlu dikelola dan diperjuangkan oleh anak-anak muda yang masih mau belajar, dalam arti masih berani ambil risiko dan berani salah, serta berani memperbaiki kesalahannya," kata dia.

Najwa mengingatkan, belajar itu tidak langsung bisa, tidak langsung pintar. Belajar itu ada jatuhnya. Namun dalam kondisi tersebutlah, hanya anak muda yang punya keinginan dan semangat untuk terus belajar.

"Ada satu lagi yang menurut kakak penting. Dulu, itu yang dikatakan maju adalah yang punya pengalaman. Kematangan diasosiasikan dengan kemajuan. Sekarang, yang mau maju, yang bisa maju, itu adalah orang yang punya informasi. Siapa yang paling jago cari informasi kalau bukan digital native seperti kalian, yang dari lahir sudah tahu internet," kata dia.

Generasi muda, lanjut Najwa, terbiasa dengan kecepatan informasi. Anak-anak muda juga bisa membedakan mana informasi sampah dan mana informasi yang dusta. Justru, menurut dia, kalangan orang tua lebih rentan terkena hoaks.

"Di grup WhatsApp keluarga itu yang biasa melempar hoaks yang aneh-aneh itu orang yang sudah tua. Karena mereka tidak terbiasa dengan kecepatan. Dulu mereka dapat informasi, baca koran baru besoknya atau nonton TV yang agak cepat. Bagi mereka (orang-orang tua), kecepatan itu kemewahan. Buat anak muda itu normalitas. Biasa saja," ujarnya.

"Sehingga kalian yang jauh lebih tahan banting terhadap hoaks terhadap berita bohong. Berarti kalau ada yang ngaco, anak-anak mudanya harus ngomong, jangan takut kualat asal ngomongnya baik-baik," tuturnya.

Najwa menyebutkan, kekuatan yang besar mendatangkan tanggungjawab yang besar pula. Termasuk berjuang melawan hoaks di grup WA keluarga. "Karena berita bohong itu menyeramkan, bisa membuat begitu banyak masalah, ada banyak kejadian yang dipicu oleh virus dusta," tambahnya.

Usai menyampaikan banyak hal kepada peserta pesantren kilat, Najwa juga memuji ide penyelenggaraan pesantren kilat di kapal laut, yang diselenggarakan oleh Baznas RI dan TNI AL. "Idenya menarik sekali, karena tidak semua orang punya kesempatan untuk berada di kapal, dan bukan hanya sekadar ada di kapal tetapi juga berlayar," kata dia kepada Republika.co.id, di Dermaga Kolinlamil Jakarta Utara.

Kegiatan yang digelar juga inspiratif. "Pengalaman berlayar dan berinteraksi dengan prajurit TNI angkatan laut, dan aktivitasnya sangat inspiratif, jadi datang ke pulau-pulau, melakukan bakti sosial, dan berbagi," ujarnya.

Menurut Najwa, kegiatan pesantren kilat tersebut dari berbagai aspek memang betul-betul lengkap. Para peserta tidak hanya mendapatkan pengalaman menjalani aktivitas di lingkungan yang baru. Mereka juga punya kesempatan untuk berkenalan dengan teman-teman sebayanya dari beragam sekolah, serta dibekali kemampuan untuk menumbuhkan empati.

"Bagaimana bisa berempati dan melewati kehidupan yang mungkin selama ini mereka tidak bisa melihat langsung, bagaimana bakti sosial dan sebagainya. Juga melatih kemandirian sehingga diharapkan bisa menimbulkan ide-ide baru dan bisa mempraktikkan setelah ini. Jadi ini pengalamannya lengkap sih, semoga bisa dilakukan secara continue. Selama 3 hari ini semoga cukup mendorong mereka untuk eksplorasi hal-hal baru lagi," kata Najwa.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler