Apa Itu Father Hunger? Penyebab, Hingga Dampak Bagi Anak yang Mengalaminya
Father hunger bisa memengaruhi anak segala usia dan dapat terjadi kapan pun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran ayah dalam pengasuhan anak memiliki dampak besar, bahkan hingga sang buah hati beranjak dewasa. Anak yang dibesarkan tanpa ayah, kehilangan ayah karena penyakit atau kecelakaan, maupun terisolasi dari ayah akibat perceraian, dapat membuat anak berisiko terhadap perilaku berbahaya.
Terdapat istilah khusus yang disebut father hunger, yang mengacu pada tekanan emosional yang dialami seseorang sepanjang hidup karena ketidakhadiran ayah. Itu bisa karena ayah sudah meninggal dunia, atau ayah kerap tidak hadir secara emosional.
Dikutip dari laman The HopeLine, Senin (10/4/2023), father hunger dapat memengaruhi anak dari segala usia, dan dapat terjadi kapan pun. Itu bisa terjadi antara anak dengan ayah biologis, atau anak yang mendambakan relasi emosional dan kasih sayang dari ayah tiri atau ayah angkat.
Terkadang, seseorang bertanya-tanya mengapa dirinya mengalami father hunger, padahal ayahnya diakui sebagai seseorang yang "toksik". Misalnya, memiliki ayah yang temperamental, selalu bersikap kasar, atau tidak bertanggung jawab terhadap keluarga.
Nyatanya, father hunger bukan tentang apakah ayah seseorang adalah sosok yang baik atau tidak. Father hunger berakar pada kerinduan akan hubungan dan koneksi dengan ayah, sebuah keinginan alami untuk memiliki hubungan baik dengan ayah.
Seserang mengalami father hunger karena berbagai alasan. Bisa jadi, sang ayah telah meninggal dunia atau dia dibesarkan tanpa mengenal ayahnya. Alasan lain, seseorang mungkin merasa ditinggalkan ayah akibat perceraian.
Tinggal dengan ayah yang kejam, memiliki kecanduan, atau sengaja bersikap terasing dari hubungan juga bisa memicu father hunger. Akan tetapi, jika ayah masih hidup, masih ada kemungkinan untuk memperbaiki, membangun kembali, atau memulihkan hubungan.
Menurut laporan UNICEF tahun 2007, kesejahteraan anak di negara-negara yang maju secara ekonomi justru memiliki peringkat yang sangat rendah dalam hal kesejahteraan sosial dan emosional. Menurut salah satu teori yang dibahas pakar, penyebabnya adalah ketidakhadiran ayah dalam kehidupan anak.
Profesor madya dalam bidang pekerjaan sosial di University of British Columbia, Edward Kruk, menyampaikan bahwa anak-anak secara konsisten melaporkan perasaan ditinggalkan ketika ayah tidak terlibat dalam kehidupan mereka. Artinya, peran ayah dalam kehidupan anak punya andil yang sangat besar.
Pakar yang memiliki spesialisasi dalam kebijakan anak dan keluarga itu menyebutkan dua ancaman struktural utama yang bisa mengancam kehadiran ayah dalam kehidupan anak-anak. Dua hal tersebut yaknu perceraian dan kelahiran anak di luar nikah.
Kruk mengutip buku Fatherless America karya David Blankenhorn yang menyebut krisis akibat ketidakhadiran ayah dalam pengasuhan anak sebagai hal yang paling merusak dalam sebuah generasi. Laporan lain dari University of Birmingham di Inggris bertajuk "Dad and Me" juga mengungkap hal serupa.
Laporan itu menyimpulkan bahwa kebutuhan terhadap kehadiran ayah berada pada skala epidemi. Father hunger atau "defisit ayah" harus diperlakukan sebagai masalah kesehatan masyarakat. Mengabaikan ketidakhadiran ayah bisa menimbulkan berbagai risiko serius.
"Tanggung jawab orang tua, baik ibu maupun ayah, terhadap kebutuhan anak-anak mereka adalah “sakral”, dan oleh karena itu layak mendapatkan tanggung jawab penuh, juga perlindungan dan pengakuan hukum," ujar Kruk, dikutip dari laman Psychology Today.
Baca juga : Sidang Vonis AG Dibuka Terbuka Hari Ini
Sumber: https://www.thehopeline.com/topics/absent-father/
https://www.google.com/amp/s/www.psychologytoday.com/intl/blog/co-parenting-after-divorce/201205/father-absence-father-deficit-father-hunger%3famp