Sholat Id Jumat, Menko Muhadjir: Perbedaan tak Masalah
Sempat diwarnai gerimis, sholat Id di halaman Gedung PP Muhammadiyah tetap khusyuk.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Prof Muhadjir Effendy menunaikan sholat Idul Fitri 1444 Hijriyah bersama para jamaah Muhammadiyah di halaman Gedung Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (21/4/2023).
Muhadjir menerangkan, meskipun sempat diwarnai gerimis, sholat Id tetap dilaksanakan secara khusyuk dan khidmat. "Semuanya berjalan lancar walaupun hujan gerimis, tetapi saya lihat jamaah tetap bertahan mendengarkan khutbah sampai selesai," ujar Muhadjir di Jakarta, kemarin.
Gedung PP Muhammadiyah menyelenggarakan sholat Id dengan imam sekaligus khatib Dr KH Muhammad Choirin. Dia adalah anggota pimpinan Majelis Tabligh PP Muhammadiyah yang juga dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta. "Khutbahnya sangat bagus, semangat, tetapi juga memberikan kesejukan," ujar Muhadjir.
Dia menyampaikan perbedaan pelaksanaan ibadah sholat Id yang dilaksanakan oleh pengikut dan simpatisan Muhammadiyah dengan pemerintah merupakan persoalan yang biasa. Muhadjir menuturkan, pemerintah tetap mengakomodasi semua pihak dan tidak ada yang didiskriminasi. Meski demikian, pemerintah memang harus memberikan keputusan untuk menentukan waktu jatuhnya 1 Syawal Hijriyah sesuai dengan perhitungan yang dilakukan.
"Buktinya saya sebagai Menko PMK juga melaksanakan sholat Id pada gelombang pertama. Kalau yang melaksanakan pada gelombang kedua (Sabtu) juga tentu saja kita memberikan selamat. Saling memberikan semangat, tidak ada masalah," ucap mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut.
Menyinggung beberapa daerah tak memberi izin jamaah Muhammadiyah melaksanakan sholat Id di lapangan, Muhadjir menganggap, hal itu merupakan sesuatu yang biasa. Dia menilai, peristiwa itu bisa terjadi karena kurangnya informasi, kesalahpahaman, kurangnya pengertian, dan faktor sebagainya.
Muhadjir mengajak masyarakat agar menahan diri dan tidak tergesa-gesa memberikan reaksi langsung tentang persoalan yang belum diketahui duduk perkaranya. "Itu biasa, harus kita tangani dengan dingin, kepala dingin, hati yang dingin, tidak usah grusa-grusu. Tidak kemudian langsung bereaksi. Apalagi kita sedang menjalankan ibadah puasa," jelas Muhadjir.
Dia mengajak semua umat Islam untuk tidak terlalu berlebihan menyambut Hari Raya Idul Fitri. Semua umat Islam tidak perlu merasa paling menang dan paling benar, apalagi terlalu vulgar. Menurutnya, hal itu berlaku bagi semua umat Islam, tidak hanya Muhammadiyah.
"Harus kita laksanakan dengan penuh rendah hati, menggembirakan, itu saja. Jadi saya kira tidak hanya Muhammadiyah, semua tidak usah menikmati kemenangan seolah-olah paling benar. Tetapi yang penting kita telah melaksanakan ibadah dengan baik, dengan khusuk," kata Muhadjir.