Langkah UEFA untuk Redam Gaji Gila-Gilaan Pemain Bola Didukung Banyak Klub
UEfFA sempat terkejut karena mendapatkan dukungan luas.
REPUBLIKA.CO.ID, NYON -- Presiden Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA), Aleksander Cerefin, melontarkan klaim terkait rencana UEFA untuk menerapkan batasan gaji pemain di pentas sepak bola Eropa. Cerefin menyebut, hampir semua pihak, termasuk seluruh klub di daratan Eropa, setuju dengan rencana tersebut.
Pada Maret silam, Presiden Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA), Gianni Infantino, mulai menggulirkan gagasan soal adanya batasan gaji untuk pesepak bola profesional, terutama di negara-negara maju. Gagasan ini sepertinya disambut baik oleh UEFA.
Cerefin bahkan dilaporkan sudah melakukan pembicaraan dengan Komisi Eropa atau Lembaga Eksekutif Uni Eropa terkait isu tersebut. Pun dengan pembicaraan awal dengan klub-klub sepak bola di Benua Biru. Cerefin mengaku terkejut dengan sambutan pihak-pihak tersebut terhadap rencana pembatasan gaji pemain.
''Secara mengejutkan, semua pihak (klub-klub Eropa) setuju. Klub-klub besar, klub kecil, klub yang mendapatkan sokongan dana dari lembaga investasi bentukan pemerintah, hingga klub-klub milik pengusaha besar. Semua pihak setuju,'' kata Cerefin seperti dikutip BBC Sports International, Kamis (26/4/2023).
Pada masa mendatang, tutur Cerefin, pembahasan soal rencana pembatasan gaji pemain akan dilakukan lebih serius. Tanpa adanya pembatasan gaji pemain, potensi terjadinya kompetisi yang tidak sehat akan terbuka sangat lebar. Namun, Cerefin menegaskan, penerapan rencana ini harus melibatkan semua pihak, tidak terkecuali perwakilan dari para pemain dan otoritas penyelenggara liga.
''Ini bukan soal pemilik klub, tapi soal perimbangan level kompetisi. Apabila hanya lima klub yang terus menerus mendominasi sebuah kompetisi, rasanya sudah tidak masuk akal. Namun, keputusan ini harus diambil berdasarkan keputusan kolektif. Saya harap, kebijakan ini bisa segera diterapkan,'' tutur Cerefin.
Berdasarkan kebijakan terkini UEFA, hingga 2024, klub-klub Eropa masih diperbolehkan menghabiskan 70 persen dari total pendapatan mereka untuk gaji dan biaya trasnfer. Namun, kebijakan ini dirasa kurang tepat, apabila pendapatan sebuah tim bisa mencapai lima miliar euro.
''Angka 70 persen sepertinya terlalu besar. Saya tidak takut apabila klub dinilai terlalu berkuasa. UEFA adalah pemimpin di kompetisi Eropa. Kami juga sudah memiliki hubungan yang baik dengan Asosiasi Klub Eropa (ECA),''ujar sosok yang kembali terpilih sebagai Presiden UEFA pada April silam tersebut.