Muncul Subvarian Covid-19 Baru Arcturus, Masyarakat Diimbau Terapkan Prokes

Varian Arcturus jadi pemicu tingginya kasus Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir.

Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah warga mengantre untuk menaiki bus dengan menerapkan protokol kesehatan.
Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Epidemiologi Lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto dr Yudhi Wibowo mengatakan, kemunculan subvarian baru COVID-19 XBB.1.16 atau Arcturus mengingatkan masih perlunya penerapan protokol kesehatan. "Kemunculan subvarian baru mengingatkan bahwa masyarakat masih perlu menerapkan disiplin protokol kesehatan, terutama penggunaan masker dengan cara yang baik dan benar," kata diaketika dihubungi dari Jakarta, Kamis (27/4/2023).

Baca Juga


Pengajar Fakultas Kedokteran Unsoed Purwokerto, Jawa Tengahitu, menambahkan selain disiplin menerapkan protokol kesehatan, masyarakat juga harus melengkapi diri dengan vaksinasi COVID-19 hingga dosis penguat.

"Bagi mereka yang belum mendapatkan dosis penguat, dianjurkan untuk segara melengkapi diri dengan vaksinasi booster(penguat) pertama dan booster kedua," katanya.

Vaksinasi COVID-19, kata dia, bermanfaat untuk memberikan perlindungan dari risiko gejala berat dan risiko rawat inap bagi masyarakat yang telah divaksin lengkap. "Perpaduan antara disiplin penerapan protokol kesehatan dan vaksinasi akan menjadi kunci utama dalam mencegah risiko penularan COVID-19," katanya.

Kendati kasus COVID-19 telah terkendali, katanya, pandemi COVID-19 belum berakhir sehingga masyarakat masih tetap perlu meningkatkan kewaspadaan.

"Segera periksakan diri jika merasakan gejala COVID-19, seperti demam, batuk, dan sesak napas, selain itu segera lakukan isolasi diri dan hubungi fasilitas kesehatan setempat untuk melakukan tes COVID-19," katanya.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril mengatakan, Arcturus atau XBB.1.16 yang menular menjadi pemicu kenaikan COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir di Indonesia.

Gejala dari varian tersebut antara lain mata merah atau muncul belek pada anak-anak, demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, kehilangan rasa atau bau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler