Virus Flu Anjing Tampak Beradaptasi untuk Menjangkiti Manusia, Bakal Jadi Pandemi Baru?
Anjing dapat berfungsi sebagai perantara untuk adaptasi virus flu burung ke manusia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tutupi mulut dan hidung Anda kalau berdekatan dengan anjing yang bersin. Langkah ini penting untuk minimalkan risiko tertular virus mematikan dari anjing.
Para ilmuwan dari Cina memperingatkan bahwa flu anjing telah beradaptasi dan mampu menginfeksi manusia. Virus flu anjing merupakan bentuk mutasi dari flu burung.
Virus flu burung, yang pertama kali menginfeksi anjing pada 2006, telah berevolusi menjadi bentuk flu burung yang diadaptasi oleh mamalia. Flu burung sangat menular dan mematikan di kalangan unggas, tetapi belum pernah terbukti menyebabkan penularan berkelanjutan dari orang ke orang.
Namun, para ilmuwan telah lama mengkhawatirkan virus tersebut dapat bermutasi menjadi jenis yang dapat berpindah dari satu mamalia ke mamalia lain, termasuk manusia, jika menetap di mamalia. Penelitian terbaru tentang flu anjing yang melibatkan lebih dari 4.000 anjing menemukan bahwa virus tersebut telah bermetamorfosis untuk mengenali reseptor sel manusia dengan lebih baik dan bereplikasi dalam sel manusia.
"Hasil kami menunjukkan bahwa anjing dapat berfungsi sebagai perantara untuk adaptasi virus flu burung ke manusia," kata para ilmuwan dari China Agricultural University dalam jurnal eLife.
Dikutip dari The Sun, Ahad (30/4/2023), enam anjing secara sengaja diinfeksi dengan strain flu anjing H3N3 dan masing-masing ditemukan mengalami gejala tidak ringan. Gejala yang paling serius termasuk demam, bersin, dan batuk.
Kepala departemen kedokteran hewan di University of Cambridge, Prof James Wood, mengatakan dengan cukup jelas bahwa strain H3 flu burung kini telah berevolusi menjadi virus flu anjing.
"Perubahan pada virus anjing tampaknya membuatnya lebih baik beradaptasi untuk menularkan di dalam mamalia, seperti yang kita duga setelah waktu yang lama pada anjing,” kata dia.
Prof Wood menyebut bahwa ini bisa menjadi kabar baik dalam hal rendahnya potensi infeksi zoonosis pada manusia. Sebab, sejauh ini virus belum menular ke manusia. Tapi ia memperingatkan bahwa kondisi mengkhawatirkan tersebut tidak terjadi karena virus belum mencapai ambang mutasi yang dipersyaratkan untuk menjadi pandemi.
"Virus ini tampaknya tidak menimbulkan ancaman kesehatan yang mengkhawatirkan bagi anjing, dan orang mungkin lebih khawatir tentang potensi pandemi jangka panjang pada spesies lain seperti manusia," kata Prof Wood.
Untuk diketahui, isu ini muncul ketika seekor anjing peliharaan mati setelah dinyatakan positif flu burung di Kanada. Ketakutan akan flu burung telah meningkat dalam beberapa bulan terakhir karena wabah yang belum pernah terjadi sebelumnya di antara burung dan mamalia.
Para ahli khawatir skala penyebaran saat ini dapat memberi virus lebih banyak peluang untuk bermutasi. Awal tahun ini, seorang gadis berusia 11 tahun dari Kamboja meninggal setelah tertular dari unggas yang terinfeksi.
Para ilmuwan mengimbau pemerintah di seluruh dunia untuk membuat vaksin flu burung baru sebelum virus belajar untuk lebih efektif berpindah ke manusia.