Landscape Seni Tari Pasca Pandemi
Pada tanggal 29 April selalu diperingati oleh masyarakat dunia sebagai hari tari dunia.
Pada tanggal 29 April selalu diperingati oleh masyarakat dunia sebagai hari tari dunia. Penetapan hari tari dunia bertujuan agar tari menjadi bahasa universal yang mampu menghilangkan batasan politik, perbedaaan budaya dan etnis. Dengan kata lain tari dapat sarana komunikasi yang menghilangkan batasan politik, budaya dan etnis sehingga mampu menjadi alat pemersatu dan meminimalkan potensi konflik yang mungkin terjadi.
Pasca pandemi ini, tari tidak hanya menjadi sarana untuk pemersatu dan meminimalkan potensi konflik, tetapi mampu membantu memulihkan kehidupan masyarakat. Tari bukan hanya sebagai pertunjukan yang dapat dinikmat tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Dengan manfaat ekonomi, tari mampu mengembalikan kehidupan masyarakat layaknya sebelum pandemi.
Pandemi memberikan dampak besar bagi kehidupan umat manusia. Pandemi menyebabkan banyak unit usaha yang gulung tikar dan banyak pekerja yang mengalami pemutusan hubungan kerja. Apabila pementasan tari dikelola dengan baik dan memiliki nilai jual tentu dapat meningkatkan kesejahteraan seniman tari dan masyarakat yang terlibat sebagai pendukung acara pementasan.
Ekonomi Kreatif
Tari menjadi salah satu bagian dari sub sektor ekonomi kreatif bidang seni pertunjukan yang ditetapkan oleh Kementerian Pariwisatan dan Ekonomi Kratif (Kemenparekraf). Penetapan tari sebagai salah sastu sub sektor ekonomi kreatif menunjukan bahwa tari diyakini mampu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Tari dapat memberikan manfaat ekonomi yang akan semakin mensejahterakan masyarakat Indonesia.
Tari merupakan salah satu jenis seni pertunjukan yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi seniman tari, para pendukung pentas tari dan masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar tempat pementasan tari. Sebagai ilustari, pentas tari jatilan yang selalu ramai disaksikan oleh masyarakat di Yogyakarta memberikan manfaat ekonomi bagi penari, pengrawit, jasa persewaan sound system dan masyarakat sekitar yang berjualan makanan atau minuman ringan. Pentas tari jatilan yang selalu mengundang kerumunan massa menjadi peluang bisnis bagi pelaku usaha kecil dan menengah di bidang kuliner.
Sendratari Ramayana yang digelar di Candi Prambanan juga menjadi ilustrasi dari nilai ekonomi tari. Pentas tari yang telah diselenggarakan sejak tahun 1961, saat ini menjual tiket pertunjukan mulai dari Rp 50.000,- untuk pelajar lokal sampai dengan Rp 450.000,- untuk kelas VIP (https://borobudurpark.com/event/5421/). Sendratari Ramayana atau yang populer dikenal dengan Ramayana Ballet Prambanan selalu ramai disaksikan oleh turis lokal dan manca negara.
Melihat antusiasme masyarakat menyaksikan sendratari Ramayana ini PT Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan menggelar sendratari baru berjudul Roro Jonggrang. PT Taman Wisata Candi Borobudur dan Prambanan menyadari bahwa pertunjukan tari apabila dikelola dengan baik dari profesional akan menjadi atraksi seni yang mendatangkan keuntungan ekonomi.
Pada akhir tahun 2022, jumlah desa wisata di Yogyakarta berjumlah 305 desa (http://bappeda.jogjaprov.go.id/dataku/). Desa wisata harus mampu mengolah kearifan lokal menjadi atraksi tari yang menarik tentu kondisi ini akan sangat menguntungkan masyarakat. kolaborasi potensi alam dan atraksi tari dapat menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk mengakses desa wisata. Apabila kondisi ini dapat terwujud maka Masyarakat di Yogyakarta secara mandiri dapat meningkatkan kesejahteraannya.
Penari Generasi TikToK
Pandemi membatasi gerak seniman tari untuk mengelar pementasan. Di era pandemi para seniman tari mulai memanfaatkan media sosial seperti TikTok, Instagram atau Youtube untuk menampilkan karyanya atau menyelenggarakan pementasan tari secara online. Pemanfaatkan media sosial memungkinkan karya para seniman tari lebih banyak diakses oleh masyarakat dibandingkan.
Pemanfaatan media sosial seperti TikTok dapat meningkatkan popularitas seniman tari serta memperoleh manfaat ekonomi. Popularitas tersebut memungkinkan seniman tari di endorse oleh perusahaan atau toko online sehingga memperoleh keuntungan ekonomi dari kegiatan endorsment ini. TikTok memberikan peluang seniman tari untuk melakukan monetisasi akun dan memperoleh virtual gift dari penonton. Virtual gift nantinya dapat ditukarkan menjadi uang.
Pandemi mengajarkan seniman tari untuk aktif memanfaatkan media sosial. Pasca pandemi, seniman tari tetap dapat memanfaatkan media sosial dan menggelar pementasan tari secara langsung. Kombinasi pemanfaatan media sosial dan pementasan secara langsung tentu akan semakin mensejahterakan seniman tari, masyarakat pendukung pementasan tari dan masyarakat pelaku usaha kecil dan menengah disekitar tempat pementasan tari.