IMF Sebut Inflasi Biang Perlambatan Ekonomi Timur Tengah Tahun Ini
IMF memperingatkan kondisi keuangan di seluruh dunia akan semakin ketat tahun ini.
MAGENTA -- Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan perekonomian di seluruh Timur Tengah dan Asia Tengah kemungkinan akan melambat tahun ini, Rabu (3/5/2023). Ini karena inflasi yang terus-menerus tinggi dan kenaikan suku bunga menggerus keuntungan pascapandemi.
Dilanisr di The Associated Press, outlook Ekonomi Regional IMF sebagian menyalahkan kenaikan biaya energi, serta kenaikan harga pangan atas perkiraan pertumbuhan yang lebih lambat. Laporan itu mengatakan ekonomi yang bergantung pada minyak dari negara-negara Teluk Arab dan negara-negara lain di kawasan itu telah menuai keuntungan dari kenaikan harga minyak mentah.
Namun, negara-negara lain, seperti Pakistan mengalami keruntuhan pertumbuhan setelah banjir besar musim panas lalu atau ketika ekonomi memburuk. Perlambatan regional juga terjadi ketika ledakan pertempuran di Sudan mengancam negara tersebut di mana bantuan utang IMF dan Bank Dunia tetap ada.
.
.
Naiknya suku bunga, yang digunakan oleh bank sentral di seluruh dunia untuk mencoba membendung kenaikan inflasi, meningkatkan biaya meminjam uang. IMF memperingatkan itu akan mempengaruhi negara-negara yang memiliki utang yang lebih berat.
“Tahun ini kami melihat inflasi kembali menjadi masalah yang paling menantang bagi sebagian besar negara,” kata Direktur Departemen Timur Tengah dan Asia Tengah di IMF Jihad Azour.
BACA JUGA: Saudi Aramco Ambil Alih Takhta Microsoft Sebagai Perusahaan Kedua Terbesar Dunia
Perkiraan IMF memprediksi pertumbuhan regional akan turun dari 5,3 persen tahun lalu menjadi 3,1 persen tahun ini. Secara keseluruhan, inflasi regional diperkirakan sebesar 14,8 persen, tidak berubah dari tahun lalu, karena perang Rusia di Ukraina terus menekan pasokan pangan global dan mempengaruhi pasar energi.
Akan lebih buruk lagi di Pakistan, di mana IMF memproyeksikan inflasi lebih dari dua kali lipat,menjadi sekitar 27 persen. Para pejabat Pakistan dan IMF telah berulang kali mengadakan pembicaraan mengenai pelepasan tahap kunci yang macet dari paket pinjaman bailout enam miliar dolar AS ke Islamabad.
IMF memperingatkan kondisi keuangan di seluruh dunia akan semakin ketat tahun ini. Sebagian disebabkan oleh kegagalan dua bank di AS pada bulan Maret. Runtuhnya Credit Suisse secara tiba-tiba sebelum dibeli oleh UBS juga membuat pasar tegang.
Bagi Sudan, Azour mengakui, tantangan tersebut karena negara tersebut menghadapi krisis kemanusiaan yang disebabkan pertempuran selama berminggu-minggu di sana. Kekerasan juga memperburuk krisis utang yang mencengkeram negara itu selama beberapa dekade karena menghadapi sanksi Barat.
“Kami telah bekerja dengan pemerintah Sudan, untuk rakyat Sudan, untuk membantu mereka mencapai operasi utang yang akan memungkinkan Sudan memiliki keringanan utang lebih dari 50 miliar dolar AS. Namun sayangnya, perkembangan terakhir menghentikan semua upaya itu,” kata Azour.
BACA JUGA:
On This Day: 3 Mei 1964, Pidato Dwikora Sukarno Minta Bubarkan Negara Boneka Malaysia
Arab Saudi dan Mesir Jadi Tujuan Favorit Pelancong Timur Tengah Versi Wego
Janji Mahathir Mohamad Temui Soeharto Jika Jadi Perdana Menteri, Memuji Setinggi Langit
Cara Membuat Status Whatsapp (WA) Pakai Voice Note di Android dan iPhone
Niat Sholat Subuh 2 Rakaat, Imam, Makmum dan Sendiri