FBI Sabotase Malware dari Agen Mata-Mata Rusia

FBI telah menonaktifkan malware yang digunakan oleh layanan keamanan FSB Rusia.

Reuters/Pawel Kopczynski
Malware/ilustrasi. Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) telah menyabotase serangkaian perangkat lunak berbahaya yang digunakan oleh mata-mata elit Rusia. Pejabat penegak hukum senior mengatakan, mata-mata Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) di balik malware yang dikenal sebagai Snake.
Rep: Dwina Agustin Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (FBI) telah menyabotase serangkaian perangkat lunak berbahaya yang digunakan mata-mata elite Rusia. Pejabat penegak hukum senior mengatakan, mata-mata Dinas Keamanan Federal Rusia (FSB) di balik malware yang dikenal sebagai Snake.

Baca Juga


Mereka yang menyebarkan Snake ini adalah bagian dari kelompok peretas terkenal yang dilacak sektor swasta dan dikenal sebagai 'Turla'. Kelompok tersebut telah aktif selama dua dekade melawan berbagai target yang selaras dengan NATO, lembaga pemerintah Amerika Serikat (AS), dan perusahaan teknologi.

Pejabat tersebut mengatakan pada Selasa (9/5/2023), pakar teknis FBI telah mengidentifikasi dan menonaktifkan malware yang digunakan layanan keamanan FSB Rusia. Malwere ini terdapat dalam sejumlah komputer yang dirahasiakan. Tindakan itu diharapkan akan memberikan pukulan mematikan bagi salah satu program mata-mata dunia maya terkemuka Rusia.

"Kami menilai ini sebagai alat spionase utama mereka," kata salah satu pejabat AS menjelang rilis informasi tersebut.

Pejabat itu mengatakan Washington berharap operasi itu akan memberantasnya dari medan perang virtual. Diplomat Rusia tidak segera membalas pesan saat dimintai berkomentar oleh Reuters dan Rusia pun secara rutin menyangkal melakukan operasi spionase dunia maya.

Pejabat AS berbicara menjelang rilis berita dengan syarat mereka tidak disebutkan namanya. Pengumuman serupa, mengungkapkan upaya gangguan dunia maya FSB, dibuat oleh badan keamanan di Inggris, Kanada, Australia, dan Selandia Baru.

Turla secara luas dianggap sebagai salah satu tim peretas paling canggih yang dipelajari oleh komunitas riset keamanan. “Mereka bertahan dalam bayang-bayang dengan berfokus pada siluman dan keamanan operasional,” kata Wakil Presiden Analisis Ancaman di perusahaan keamanan siber AS Mandiant John Hultquist.

"Mereka adalah salah satu target terberat yang kita miliki," ujarnya.

Pemerintah AS menjuluki gangguan malware Snake Turla sebagai 'Operasi Medusa'. FBI dan mitranya mengidentifikasi alat peretasan telah digunakan di internet dan membangun payload perangkat lunak unik untuk mengganggu infrastruktur peretas.

FBI mengandalkan otoritas surat perintah penggeledahan yang ada untuk mengakses program jahat Rusia dari jarak jauh dalam jaringan korban di AS dan memutuskan hubungannya. Pejabat senior FBI mengatakan, alat mereka itu dirancang hanya untuk berkomunikasi dengan program mata-mata Rusia.

"Itu berbicara Snake, dan berkomunikasi dengan protokol khusus Snake tanpa mengakses file pribadi korban," kata pejabat itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler