Seorang Pemuda Gaza Kehilangan Tunangannya dalam Serangan Israel
Dania Adas tewas ketika jet Israel hantam gedung tempat pemimpin Jihad Islam
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Mohammed Saed (19 tahun) tak menyangka akan kehilangan gadis yang dicintainya untuk selamanya. Saed mengatakan, dia menghabiskan beberapa menit terakhir dengan tunangannya, Dania Adas (19 tahun), untuk mendiskusikan bagaimana mereka akan berpose bersama untuk foto pertunangan mereka.
"Saya meninggalkannya 15 menit sebelum dia mati syahid," kata Saed kepada Reuters di kamar yang hancur di rumah keluarga tunangannya, tempat mereka bertemu sehari sebelumnya.
"Kami berjanji satu sama lain, kami tidak akan pernah meninggalkan satu sama lain kecuali jika kematian memisahkan kami. Kematian memang memisahkan," kata pria itu, dengan nada bicara yang bergetar.
Dania Adas dan saudara perempuannya, Iman (16 tahun), tewas ketika serangan jet Israel menghantam gedung sebelah tempat seorang pemimpin senior Jihad Islam, Khalil Al-Bahtini, tinggal bersama istri dan putrinya. Al-Bahtini dan keluarganya tewas dalam serangan tersebut.
Dania sudah meninggal ketika petugas penyelamat menariknya dari reruntuhan bangunan. Sementara Iman meninggal dunia di rumah sakit. Keduanya termasuk di antara 10 warga sipil yang tewas dalam serangan pada Selasa (9/5/2023), termasuk lima wanita dan empat anak. Ibunda Dania dan Iman, Asmahan Adas, mengatakan, dia memanggil nama putrinya setelah serangan itu. Namun, tidak ada jawaban.
"Tempat itu penuh debu, tapi saya tidak peduli dan saya masuk ke dalam ruangan. Saya ingin menyelamatkan putri saya ketika saya melihat seluruh ruangan telah runtuh menimpa mereka," kata Asmahan kepada Reuters.
"Pendudukan (Israel) mengambil yang paling saya sayangi, mengambil anak-anak saya," ujar Asmahan.
Para pejabat Israel mengatakan, Al-Bahtini salah satu dari tiga pemimpin senior Jihad Islam yang menjadi sasaran serangan itu. Israel menuduh Al-Bahtini sebagai komandan yang bertanggung jawab atas rentetan serangan roket ke Israel pekan lalu.
Militer Israel membenarkan, wanita dan anak-anak tewas dalam serangan udara itu. Tetapi Israel mengatakan, mereka berusaha membatasi korban sipil.
Para pejabat Palestina di Gaza mengatakan, Israel menargetkan bangunan tempat tinggal. Mereka menuduh pejabat Israel mengabaikan kehidupan sipil dengan menyerang tempat tinggal yang melindungi perempuan dan anak-anak. Menurut Kementerian Kesehatan, 21 orang tewas di Gaza sejak Selasa.
Warga Palestina telah mengalami beberapa perang dengan Israel sejak 2008. Pejabat kesehatan Gaza mengatakan, blokade yang dipimpin Israel selama 16 tahun telah merusak pembangunan institusi kesehatan dan melumpuhkan ekonomi. Sementara lebih dari separuh penduduk Gaza hidup dalam kemiskinan.
Israel menarik tentara dan pemukimnya dari Gaza pada 2005. Namun, Israel masih membatasi akses Gaza ke laut dan mengontrol wilayah udaranya. Israel juga membuat pembatasan di dua penyeberangan barang dan orang. Mesir juga mempertahankan beberapa pembatasan di sepanjang perbatasannya dengan Gaza.