Wajah Pucat dan Perut Membuncit Bisa Jadi Gejala Talasemia
Perut membuncit biasa terjadi karena pembesaran hati dan limpa.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar onkologi Kelompok Staf Medis Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr dr Teny Tjitra Sari, SpA(K), MPH, mengatakan, wajah pucat yang bisa menjadi gejala talasemia biasanya disertai perut membuncit akibat pembesaran hati dan limpa. "Ada benjolan pada perut sebelah kiri, itu curiga mungkin bukan pucat biasa yang disebut anemia, tetapi, karena talasemia," kata Teny dalam siaran langsung akun Instagram RSCM Kencana, Jumat (12/5/2023).
Thalassemia atau talasemia adalah penyakit kelainan darah yang diwariskan, yang diturunkan dari orangtua ke anak melalui gen sehingga tubuh tidak membuat cukup protein yang disebut hemoglobin. Mereka yang hidup dengan talasemia selain mengalami wajah pucat akibat kadar hemoglobin yang rendah, juga memiliki mata yang kuning.
"Pada talasemia matanya kuning. Kalau pada kekurangan zat besi tubuh tidak mampu menghasilkan darah merah, tetapi, pada talasemia zat besinya ada atau malah berlebih, tetapi, darah merahnya pecah-pecah sehingga mudah pecah dan pecahan tadi menimbulkan matanya kuning," kata Teny.
Pada anak, keadaan hemoglobin yang rendah terus menerus lama kelamaan akan mengganggu tumbuh kembangnya, yang menyebabkan anak dengan talasemia memiliki panjang badan yang lebih pendek dibandingkan anak-anak seusianya. Selain itu, mereka juga akan kesulitan berpikir, mengalami masalah inteligensi dan gangguan pada fungsi-fungsi organ tubuhnya.
Teny menuturkan, karena termasuk penyakit bawaan lahir, pasien talasemia memerlukan tata laksana yang baik sejak kecil hingga dewasa antara lain transfusi darah dan obat-obatan untuk menunjang kualitas hidupnya.
"Butuh transfusi karena dia tidak bisa menghasilkan sel darah merah yang baik. Sel darah merah itu gunanya membawa oksigen untuk tumbuh kembang si anak," tutur Teny.
Tata laksana yang baik memungkinkan pasien bisa hidup berkualitas baik seperti bekerja di berbagai bidang dan menempuh pendidikan tinggi. "Pemantauan di RSCM, memperlihatkan ada (pasien talasemia) yang sudah bisa menjadi dokter, bekerja di berbagai tempat, mereka lulusan sarjana, kualitas hidupnya baik. Kadang orang tidak bisa membedakan itu pasien talasemia," kata Teny.