Disebut Pengkhianat, Ini Daftar Santri Alumni Pesantren Sidogiri yang Jadi Tokoh Nasional
Pesantren Sidogiri telah melahirkan santri-santri yang jadi tokoh nasional
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Sebuah tudingan dilontarkan tenaga ahli Kapolri, Islah Bahrawi yang viral di media sosial. Meski sudah meminta maaf, tudingan tersebut terlanjur menghujam jantung tradisi kepesantrenan.
Islah menuding seluruh santri Pondok Pesantren (Ponpes) Sidogiri dan tokoh NU Garis Lurus yang terus menyerangnya sebagai para pengkhianat bangsa .
Dalam video yang beredar itu, Islah Bahrawi yang juga menjabat Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI) menuding imam hakim yang membuat fatwa jihad atau bom di Palestina sebagai orang pikun.
Dia pun mengungkapkan, kerap dalam sebuah forum pendapatnya didebat oleh beberapa kelompok, yaitu santri Ponpes Sidogiri dan tokoh NU Garis Lurus.
"Santri-santri Sidogiri, tokoh-tokoh NU garis lurus itu yang menyerang saya itu, ini para pengkhianat semuanya ini," kata Islah sembari tersenyum ketika mengisi acara di Nganjuk.
Pernyataan Islah itu pun dinilai tak berdasar. Karena, dalam sejarahnya justru kiai dan santri Pesantren Sidogiri itu turut berjuang untuk kemerdekaan RI dan hingga saat itu para alumninya banyak yang kontribusi bagi bangsa.
Sepanjang sejarahnya, Pesantren Sidogiri telah banyak melahirkan ulama dan tokoh-tokoh nasional. Di antara alumninya yang masyhur sekarang ini adalah KH Miftakhul Achyar yang sekarang menjadi Rais Aam PBNU dan KH Syukron Makmun yang menjadi dai kondang di ibu kota dan dijuluki sebagai Singa Podium.
Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh
Pendakwah kondang KH Cholil Nafis juga merupakan alumni Pesantren Sidogiri. Bahkan, Ketua MUI Pusat ini baru didapuk sebagai alumni terbaik Pondok Pesantren Sidogiri 2023. Tidak hanya itu, masih banyak alumni Sidogiri yang menjadi kiai dan ulama ternama.
Sebut saja, KHR Syamsul Arifin (Pendiri Pesantren Sukorejo), KH Zaini Mun’im (Pendiri Pesantren Nurul Jadid), KH Moh Zuhri Zaini (Pengasuh Pesantren Nurul Jadid sekarang), KH Badri Mashduqi, KH Idrus Romli, KH Zubair Muntashor, KH Abdul Ghofur, KH Madiyani Iskandar, KH Dhofir Munawar, KH Anwar Nur, dan KH Muhyiddin Abdushamad.
Sejarah
Dalam catatan sejarah Sidogiri, pondok pesantren Sidogiri didirikan oleh sayid dari Cirebon Jawa Barat, Sayid Sulaiman pada 1745 M Sayyid Sulaiman membabat dan mendirikan pondok pesantren di Sidogiri dengan dibantu oleh Kiai Aminullah, yang merupakan santri sekaligus menantunya yang berasal dari Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur.
Sebelum Indonesia merdeka, para kiai Sidogiri juga memiliki peran penting dalam memobilisasi rakyat guna membendung invasi asing yang ada di bumi nusantara.
Hal ini sebagai dituangkan dalam tulisan M Afifur Rohman dalam situs resmi Pondok Pesantren Sidogiri yang berjudul “Kami Bukan Pahlawan Tapi Pejuang”.
Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan
Disebutkan bahwa salah satu tanda perjuangan kiai dan Santri Sidogiri adalah “lonceng” yang berada di gerbang masuk menuju Pesantren Sidogiri. Sekarang lonceng tersebut difungsikan sebagai penanda waktu.
Konon Belanda terpaksa menjatuhkan bom ke lokasi Pesantren, lantaran perjuangan Kiai dan para Santri Sidogiri dalam melawan penjajahan. kemudian bom tersebut diabadikan sebagai “lonceng” Pesantren.
Salah satu ulama Sidogiri yang terlibat aktif dalam perjuangan meraih kemerdekaan adalah Kiai A. Sa’doellah Nawawie. Dalam pandangan Kiai Sa’doellah, agresi Belanda harus dihadapi dengan berperang. Memerangi Belanda adalah peperangan suci untuk membela tanah air dari invasi kaum kafir.