Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tumbuh Stabil Jelang Pemilu

Pemilu akan berdampak positif terhadap perekonomian domestik.

ANTARA FOTO
Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin sebagai capres-cawaprea pada Pilpres 2019. Kepala Riset DBS Group Maynard Arif mengatakan ekonomi Indonesia akan tumbuh lima persen secara tahunan pada 2023 atau tetap stabil di tengah kampanye menuju Pemilihan Umum 2024.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Riset DBS Group Maynard Arif mengatakan ekonomi Indonesia akan tumbuh lima persen secara tahunan pada 2023 atau tetap stabil di tengah kampanye menuju Pemilihan Umum 2024.

Baca Juga


"Kita dapat mengatakan perekonomian Indonesia secara umum tumbuh dengan kecepatan yang lebih stabil dibandingkan beberapa tahun belakangan. Kami masih berpikir bahwa pertumbuhan lima persen dapat dikelola beberapa tahun ke depan," kata Maynard dalam media briefing daring diikuti di Jakarta, Selasa (16/5/2023).

Pertumbuhan ekonomi yang sebesar lima persen pada 2023 melemah dari pertumbuhan ekonomi pada 2022 yang sebesar 5,3 persen. Namun, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 diperkirakan lebih tinggi dari negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura yang masing-masing diperkirakan tumbuh empat persen; 3,4 persen, dan 2,2 persen secara tahunan pada 2023.

Sementara itu, menurutnya, pemilu di setiap lima tahun akan memberikan dampak yang berbeda-beda pada sektor perekonomian Indonesia. Ia mencontohkan, Pemilu 2014 memberikan dampak positif terhadap harga saham sektor konsumsi yang mengalami peningkatan, tetapi Pemilu 2019 justru memberikan dampak sebaliknya.

Pada periode pertama pemerintahan Jokowi yang mulai 2014, kinerja sektor infrastruktur turut terangkat, tapi kinerja sektor tersebut tidak meningkat signifikan pada 2019. "Jadi saya pikir setiap pemilu sejauh ini dinamikanya dapat berbeda, dan dampaknya ke setiap sektor juga cukup berbeda," kata Maynard.

Namun demikian, ia memastikan bahwa pemilu akan berdampak positif terhadap perekonomian domestik, terutama konsumsi masyarakat yang dapat terkerek lebih tinggi jika pemilu dilakukan untuk memilih salah satu dari tiga kandidat.

"Dari sisi pengeluaran, saya pikir, lebih baik kalau kita memiliki tiga kandidat presiden daripada dua. Ini karena, jika kita lihat uang yang disalurkan pada 2019 dimana kandidat presiden hanya dua, lebih rendah daripada 2014," kata dia.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler