Tudingan Santri Sidogiri Pengkhianat, Ini Reaksi Para Alumninya yang Jadi Tokoh Nasional
Para alumni Sidogiri mengajak segenap santri memaafkan Islah Bahrawi
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Sebagai alumni Pesantren Sidogiri yang termasuk paling senior, KH Masduki Baidowi mengimbau kepada seluruh alumni Sidogiri untuk memaafkan Islah Bahrawi yang sebelumnya menyebut santri Sidogiri sebagai pengkhianat bangsa.
“Saya keluar dari Sidogiri itu pada 1979 dan masuk 1972-1973-an. Jadi, saya berharap heboh-heboh soal Mas Islah Bahrawi itu hendaknya diselesaikan dan tidak diperpanjang, itu kontraproduktif,” ujar Kiai Masduki saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (16/5/2023).
Dia pun berharap alumni Sidogiri untuk tidak membesar-besarkan persoalan itu lagi. Karena, menurut dia, Islah Bahrawi telah menyadari kesalahannya dan meminta maaf.
“Saya berharap kepada seluruh alumni tidak lagi membesar-besarkan soal ini, karena Mas Islah Bahrawi sudah minta maaf bahwa yang dia nyatakan itu kemudian minta maaf. Artinya, dia menyadari kesalahannya. Karena dia sudah menyadari kesalahannya, maka jangan dibesar-besarkan,” ucap dia.
Sesama Muslim, tambah dia, hendaknya bisa saling membangun silaturahim dan saling memaafkan. Menurut dia, sesama Muslim tidak perlu membuka kembali kesalahan yang pernah dilakukan dan sudah selesai.
“Kita sesama Muslim itu ya saling membangun kemaslahatan, saling membangun silaturahim, saling memaafkan. Jadi, bukan membuka kesalahan terhadap apa yang sudah selesai. Ini yang mesti kita bangun,” kata Jubir Wakil Presiden RI ini.
Kiai Masduki mempercayai bahwa Islah Bahrawi menyampaikan permintaan maafnya secara tulus di media. Dia pun mengapresiasi Islah yang langsung meminta maaf atas kesalahannya.
BACA JUGA: Disebut Pengkhianat, Ini Daftar Santri Alumni Pesantren Sidogiri yang Jadi Tokoh Nasional
“Saya kira itu cukup gentle dia mengatakan permohonan maaf. Tuhan itu kan Mahapengampun, ya kita sebagai hamba-hamba Allah hendaknya kan meniru terhadap sifat-Nya yang mengampuni terhadap kesalahan hamba-Nya, dan kita juga mengampuni kesalahan sesama Muslim,” tutupnya.
Sementara itu pendiri Pengurus Pusat Aswaja NU Center, KH Misbahul Munir, yang merupakan alumni Pondok Pesantren Sidogiri, juga angkat bicara.
"Sebagai santri saya tentu tersinggung. Tidak terima dengan pernyataan tersebut," kata Kiai Misbah kepada Republika.co.id, Rabu (17/5/2023).
Atas persoalan tersebut, Kiai Misbah berharap Islah Bahrawi menyampaikan klarifikasi kepada Pesantren Sidogiri atas pernyataannya dan menjelaskan apa maksud dari kalimat pengkhianat itu.
"Saya harap saudara Islah untuk klarifikasi kepada Pondok Pesantren Sidogiri apa maksud daripada kalimat pengkhianat itu," kata dia.
Kiai Misbah juga berharap Islah Bahrawi berhati-hati dalam membuat pernyataan. Sebab, Islah Bahrawi adalah tokoh sehingga setiap huruf dan setiap kalimat yang diucapkan itu akan menjadi hal yang memengaruhi masyarakat.
"Dan jangan mengulangi lagi membuat pernyataan yang dapat menyinggung siapapun, apalagi menyinggun Pondok Pesantren Sidogiri dan para alumninya, yang merupakan pesantren tertua di Indonesia," tuturnya.
Kiai Misbah juga mengingatkan, bahwa setiap perkataan yang disampaikan oleh seseorang itu mengakibatkan konsekuensi. "Karena mulutmu harimaumu. Ini perlu dicatat," ungkapnya.
Video Islah Bahrawi di lini masa Twitter viral dan mendapat kecamawan. Dalam salah satu potongan video, ia menuding imam hakim yang membuat fatwa jihad atau bom di Palestina sebagai orang pikun.
Islah pun mengungkapkan, kerap dalam sebuah forum pendapatnya didebat oleh beberapa kelompok yaitu, santri Ponpes Sidogiri dan tokoh NU Garis Lurus.
"Santri-santri Sidogiri, tokoh-tokoh NU Garis Lurus itu yang nyerang saya itu, ini para pengkhianat semuanya ini," kata Islah sembari tersenyum ketika mengisi acara di Nganjuk.
Setelah itu, Islah memberikan klarifikasi usai menyebut semua santri di Pondok Pesantren (Ponpes) Sidogiri pengkhianat bangsa. Dia menuturkan, ada silap ucap usai memaparkan ceramah di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur, beberapa waktu silam.
Islah sadar ada kesalahan ucap dalam halaqohnya. Saat itu dia menceritakan penyerang-penyerang terhadap dirinya. "Dan juga saya menyuarakan tentang Nahdlatul Ulama, penguatan fiqih peradaban Nahdlatul Ulama (NU)," ujar Islah.
Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan
Waktu itu dia sedang memaparkan mengenai perlawanan fatwa-fatwa keliru tentang penghalalan bom bunuh diri yang dikeluarkan Ustadz Abdul Somad untuk Palestina. Namun saat itu penyerang atas dirinya justru kebanyakan dari alumni santri Ponpes Sidogiri, termasuk yang berafiliasi dengan NU Garis Lurus.
"Ada satu kesalahan ucap saya di situ saya mengatakan mereka ini adalah semua pengkhianat negara, karena dia mengkhianati NU, dalam pemaknaan secara umum saya memang salah, seharusnya ada satu kalimat yang membuat semacam disclaimer di situ, tapi saya lalai, sehingga kesannya pemaknaannya akhirnya seolah-olah ini memang seluruh santri Sidogiri ini menjadi penghianat negara," jelas Islah.
"Saya meminta maaf terutama kepada Allah SWT, para ulama dan juga seluruh santri pesantren agar membuat tenang dan saya terus bergerak berjuang menyuarakan Islam yang rahmatan lil alamin," ujar Islah menambahkan.
Islah merasa silap ucapnya kini ditunggangi kepentingan politik. Dia tidak bermaksud menjurus untuk mendukung calon presiden (capres) mana pun pada Pemilu 2024.
Dia mengatakan sangat menghormati Ponpes Sidogiri dan tidak memiliki niat buruk untuk mendiskreditkan ponpes tersebut. Apalagi, guru dan kiainya semasa di pondok juga banyak yang mengenyam pendidikan di Ponpes Sidogiri.
"Tapi ini kemudian menjadi aliansi dan tidak tersuarakan karena berbagai kepentingan sudah masuk di situ, nggak tahu kenapa, apakah saya dianggap pendukung capres tertentu padahal saya tidak pernah menyuarakan dukungan terhadap capres manapun," kata Islah.