Siap Berangkat, Seluruh Calon Jamaah Haji Asal Garut Lunasi Biaya Haji
Kloter pertama Jamaah Haji Garut berangkat pada 23 Mei.
REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Garut mendata seluruh calon jamaah haji (calhaj) di daerah mereka seluruhnya telah melunasi biaya perjalanan ibadah haji (bipih) untuk tahun 2023. Sebanyak 1.938 calhaj asal Kabupaten Garut hanya tinggal menunggu jadwal keberangkatan ke Tanah Suci.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Garut Cece Hidayat mengatakan, seluruh persyaratan para calhaj asal Kabupaten Garut untuk menunaikan ibadah haji telah sepenuhnya siap. Saat ini, para calhaj asal daerah itu hanya tinggal menunggu keberangkatan.
"Di Kabupaten Garut sudah 100 persen terlunasi dari kuota 1.938 orang. Jadi calhaj dari Garut sudah siap, dokumen paspor dan visa juga sudah siap. Tinggal menunggu jadwal keberangkatan saja," kata Cece saat dikonfirmasi Republika, Rabu (17/5/2023).
Menurut dia, calhaj asal Kabupaten Garut akan terbagi ke dalam enam kloter. Sebanyak empat kloter akan terisi penuh oleh calhaj asal Garut, sementara dua kloter lainnya para calhaj asal Garut akan bergabung dengan calhaj dari daerah lain.
Pemberangkatan kloter pertama dari Kabupaten Garut akan dilakukan pada Selasa (23/5/2023). Kloter pertama itu dijadwalkan menginap di asrama haji semalam dan berangkat ke Arab Saudi pada Rabu (24/5/2023).
Cece menyebutkan, kloter pertama asal Kabupaten Garut itu merupakan pemberangkatan kloter awal dari Jawa Barat. Pasalnya, calhaj asal Kabupaten Garut dinilai yang paling siap diberangkatan di awal.
"Jadi kami dipilih oleh Kakanwil untuk berangkat pertama," kata dia.
Cece menambahkan, jumlah calhaj lansia yang berangkat dari Kabupaten Garut tidak terlalu banyak. Semula, di Kabupaten Garut terdapat 132 orang lansia yang akan berangkat menunaikan ibadah haji. Bahkan, di antaranya ada yang berusia 101 tahun.
Namun, setelah dikonfirmasi ulang, sekitar 50 persen dari total 132 calhaj lansia menyatakan tidak jadi berangkat. Termasuk satu orang lansia yang usianya telah lebih dari 100 tahun, lantaran kondisinya sudah tak memungkinkan untuk ke Tanah Suci.
"Dari 132 itu, hanya sekitar 50 persen yang melunasi. Yang lain batal karena memang berbagai alasan," ujar Cece.
Ia menyebutkan, alasan pertama para lansia tak jadi berangkat adalah karena tidak ada mahram. Alhasil, mereka tidak bersedia karena tidak ada yang mendampingi.
"(Ada yang) Bapak atau ibunya mau berangkat, tapi anaknya tidak setuju karena tidak ada yang mendampingi," kata dia.
Alasan lainnya banyak calhaj lansia yang tak melunasi bipih adalah karena sakit atau meninggal dunia. Selain itu, ada juga calhaj lansia yang alamatnya tidak diketahui karena sudah pindah atau hal lainnya.
"Jadi ini alasannya bermacam-macam. Kalau dari jumlah total tidak terlalu banyak yang lansia," kata dia.