Perekonomian GCC Melambat Imbas Harga Minyak Dunia
Pelemahan ekonomi di Teluk karena produksi minyak turun dan harganya tak menentu.
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pertumbuhan ekonomi Arab Saudi dan negara-negara di Teluk pada tahun ini diprediksi hanya mencapai 2,5 persen. Bahkan, hingga tahun depan, proyeksi pertumbuhan ekonomi negara-negara, yang notabenya sebagai produsen minyak dan gas besar di dunia ini hanya mencapai 3,2 persen.
World Bank memperkirakan, pelemahan ekonomi di Teluk karena produksi minyak dan gas yang terus menurun dan disusul stabilitas harga yang tak menentu. Sektor migas terhadap PDB negara negara di teluk terkontraksi 1,3 persen pascakeputusan OPEC+ terkait kebijakan produksi migas dunia.
"Jika harga minyak dunia berada di level yang tinggi, didukung kebijakan fiskal yang lebih longgar bisa memperkuat pertumbuhan ekonomi negara negara Teluk," tulis World Bank dalam laporannya dikutip dari Zawya, Kamis (18/5/2023).
Meski kontributor PDB negara-negara Teluk masih bergantung pada migas, World Bank memperkirakan sektor riil negara teluk masih menyelamatkan perlambatan ekonomi. World Bank memproyeksi PDB sektor riil negara Teluk bisa tumbuh 2,8 persen dengan didukung pertumbuhan sektor nonminyak yang bisa mencapai 4,8 persen.
Selain Arab Saudi, perlambatan ekonomi juga dirasakan di Qatar. PDB Qatar diprediksi melambat jadi 3,3 persen pada tahun ini. Kuwait melambat 1,3 persen dan di Bahrain masih moderat di angka 2,7 persen.
"Namun, kami memperkirakan perekonomian di Oman masih akan terus tumbuh meski lajunya lambat. Hal ini buah dari implementasi percepatan reformasi struktural negara tersebut," kata World Bank.