Di Bekasi Orang Tua Diminta tak Izinkan Anaknya Kendarai Motor
Orang tua tidak boleh bangga anaknya bisa menggunakan kendaraan di jalanan.
REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Pelaksanaan Tugas (Plt) Wali Kota Bekasi Tri Adhianto Tjahyono meminta orang tua menjadi teladan agar anaknya yang masih sekolah menengah pertama (SMP) tidak menggunakan kendaraan roda dua. Polres Metro Bekasi akan malakukan tilang di tempat bagi pengendara yang pelanggaran lalu-lintas.
"Jadi, saya kira ini perlu adanya keteladanan dari para orang tua," kata Tri kepada wartawan, kemarin.
Tri mengatakan, orang tua harus benar-benar mengawasi anaknya terutama yang masih SMP tidak menggunakan kendaranya. Orang tua tidak boleh bangga anaknya bisa menggunakan kendaraan di jalanan.
"Jangan merasa bangga atau memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk mereka berkendar," katanya.
Tri mengaku, Pemkot bisa membuat aturan agar anak-anak yang masih di bawah 17 tahun tidak boleh mengendarai kendaraan roda dua. Peraturan ini sejalan dengan undang-undang lalu lintas anak-anak tidak boleh menggunakan roda dua di jalan.
"Kalau itu sudah pasti lah dimungkinkan buat aturan yang berlaku, karena secara Undang-undang tidak diperbolehkan," katanya.
Tri mengaku, telah mengingatkan kepada anak-anak sekolah untuk belajar taat terhadap semua aturan, termasuk aturan lalu lintas. Sadar hukum sangat penting disosialisasikan kepada anak-anak sejak dini.
"Pada waktu saya ke sekolah, tidak hanya ke SMP melainkan juga ke SMA, saya melakukan sosialisasi betapa pentingnya menjaga keselamatan mulai dari diri sendiri," katanya.
Untuk itu, perlu dibentuk kesadaran kepada anak-anak betapa pentingnya menjaga diri dari masalah. Karena melaggar aturan menjadi sumber masalah bagi diri sendiri dan orang lain.
"Maka yang perl dibentuk itu kesadaran, pengawasan pasti ada keterbatasan. Sekarang bagaimana menyadarkan mereka akibat vatalitas kalau kemudian terjadi kecelakaan lalu-lintas," ujarnya.
Tri menegaskan, tinggkat kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas masih rendah. Hal ini tidak terjadi pada anak-anak tetapi terjadi terhadap orang dewasa.
"Kesadarannya masih minim, tidak hanya kepada peserta didik, tetapi juga orang tua," katanya.