Membedong Bayi, Bolehkah Dilakukan?

Di Indonesia masih mempertahankan beberapa kebudayaan yang telah melekat erat di masyarakatnya, seperti penggunaan bedong bayi. Bedong atau biasa disebut dengan lampin, embat, ataupun bebat bayi sudah menjadi kebiasaan bagi para ibu di Indonesia untu

retizen /Nanda Pangestuti
.
Rep: Nanda Pangestuti Red: Retizen
sumber: freepik.com

Bedong atau sering disebut swaddling adalah kain penutup yang diberikan kepada bayi baru lahir. Biasanya bedong digunakan saat setelah memandikan bayi, pada saat menyusui, dan digunakan pada saat bayi tidur di awal bulan kelahirannya. Bedong dapat menenangkan, menghangatkan bayi, serta membatasi gerakan pada bayi.


Penggunaan bedong dapat memberi manfaat apabila dalam penggunaannya benar dan tidak menimbulkan penekanan yang terlalu kuat atau ketat pada tubuh bayi. Manfaat yang mungkin yaitu dapat menghangatkan tubuh bayi, membuat bayi lebih tenang, dan memungkinkan dapat memperpanjang waktu tidur bayi, serta memudahkan ibu pada saat menyusui. Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan bedong pada bayi dapat mengurangi rangsangan fisik dan dapat membantu menjaga kestabilan suhu tubuh bayi. Selain itu, bedong adalah teknik untuk mengurangi pengeluaran energi melalui pengurangan gerakan bayi.

Namun, pemakaian bedong pada bayi yang terlalu ketat akan membuat bayi tidak nyaman dalam bernafas. Pemakaian tersebut dapat mengganggu fungsi pernafasan normal dan ekspansi paru-paru sehingga pernafasan cenderung menjadi pendek. Selain itu, bedong yang terlalu ketat juga dapat memperberat kerja jantung dalam memompa darah sehingga dapat menyebabkan peredaran darah yang tidak lancar.

Ditinjau dari aspek tumbuh kembang bayi, bedong dapat menghambat perkembangan motorik, karena lengan dan kaki bayi tidak dapat bergerak bebas. Menurut penelitian yang dilakukan pada 8 bayi yang dibedong selama 60 hari, terdapat 6 bayi memiliki perkembangan motorik normal dan 2 bayi memiliki perkembangan motorik suspect. Hal tersebut dapat terjadi akibat bayi kurang mendapat stimulan gerak dari lingkungan, sehingga perkembangan otak lambat. Tangan dan kaki bayi yang dibedong tidak mendapatkan banyak kesempatan untuk bebas bergerak sehingga akan menghambat perkembangan motoriknya.

Sesuai penjelasan di atas, membedong bayi boleh saja dilakukan, namun tidak seharusnya dibedong dengan ketat. Menggunakan bedong secara longgar atau tidak ketat sekiranya diperbolehkan mengingat penggunaan bedong juga membawa manfaat. Namun, terdapat beberapa hal yang juga harus diperhatikan, seperti:

 

  • Bayi yang dibedong longgar harus terus dalam pengawasan, karena kain longgar dapat menutupi wajah bayi dan dapat menyebabkan mati lemas, kain bedong yang longgar juga bisa jadi melilit leher bayi.
  • Memilih bedong yang bebas dari tali serut, pita, tali atau pengencang elastis, serta kancing yang dapat menyebabkan tersedak jika lepas.
  • Memilih kain bedong yang terbuat dari bahan yang menyerap keringat seperti katun ringan dengan tenunan longgar, dan jangan gunakan selimut tebal.
  • Memilih teknik membedong yang tepat sesuai usia bayi. Untuk bayi yang lebih muda (sekitar 0-3 bulan) bungkus lengan dalam bedong dengan siku bayi ditekuk, dan tangan dekat dagu. Untuk bayi yang lebih besar (sekitar 3-6 bulan dan bayi yang bisa berguling) biarkan tangan mereka bebas

Cara aman dalam membedong bayi yaitu:

 

  • Lebarkan rata kain bedong dengan satu sudut dilipat, kemudian membaringkan bayi dengan kepala bayi dan leher di atas sudut terlipat.
  • Satukan tangan bayi di atas dada.
  • Bawa satu sisi bungkusnya ke atas bagian atas lengan dan selipkan di bawah tubuh bayi.
  • Lipat bagian bawah pembungkus, biarkan ada ruang bagi kaki bayi untuk bergerak bebas.
  • Pinggul dan lutut harus memiliki ruang untuk bergerak.
  • Periksa dan pastikan bedong tidak kencang dengan cara mengukur ruang antara bedong dan dada bayi dengan dua jari.
  • Jika bayi berkeringat maka bedong harus dilepas karena menandakan suhu tubuh bayi meningkat.

Jadi, kesimpulannya adalah membedong bayi boleh dilakukan, mengingat penggunaan bedong juga membawa manfaat. Namum, harus dilakukan dengan cara yang benar dan dipastikan bahwa tidak membedong bayi dengan ketat..

Sumber:

Damayanti, Y., Sutini, T., & Sulaeman, S. (2019). Swaddling dan Kangaroo Mother Care Dapat Mempertahankan Suhu Tubuh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). Journal of Telenursing, 1 (2), 376-385. https://doi.org/10.31539/joting.v1i2.840

Humas Sardjito. (2022). Bolehkah Bayi dibedong? RSUP DR. SARDJITO. Diakses November Selasa, 2022, from https://sardjito.co.id/2022/08/31/bolehkah-bayi-dibedong/

Sudirman, J., Triananinsi, N., Sampara, N., & Pajrisal, A. (2019). Analisis Perkembangan Motorik Kasar Dengan Pemberian Bedong Pada Bayi Umur 3 Bulan. Buku Prosiding Seminar Nasional Sains, Teknologi dan Sosial Humaniora, 1, 315-323. Diakses November Selasa, 2022, from https://uit.e-journal.id/SemNas/article/view/711

Ditulis oleh: Nanda Pangestuti, Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga

sumber : https://retizen.id/posts/216576/membedong-bayi-bolehkah-dilakukan
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler