Sutradara Terkesima dengan Talenta Pemeran Tokoh Ariel di The Little Mermaid
Penyanyi-aktris Halle Bailey mengalahkan banyak kandidat untuk perankan Ariel.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film The Little Mermaid versi live action besutan Disney akan segera tayang di layar lebar. Sejak pengumuman produksinya, sinema ini cukup menuai kontroversi. Utamanya, karena pemeran sosok putri duyung Ariel, Halle Bailey, dinilai tak sesuai oleh sebagian orang.
Pendapat mengenai hal itu tentunya dikembalikan kepada masing-masing penonton, namun sutradara Rob Marshall dan tim produksi film punya alasan kuat memilih Bailey. Marshall menceritakan proses casting Bailey yang amat mengesankan.
"Aktor pertama yang kami lihat untuk peran ini adalah Halle. Hal pertama yang dia lakukan adalah dia masuk dan bernyanyi untuk kami. Dia menutup matanya dan mulai bernyanyi," kata Marshall pada konferensi pers global The Little Mermaid secara virtual beberapa waktu lalu.
Marshall mengaku sangat terpesona, dan tidak bisa memercayai vokal merdu yang dia dengar. Selain suara indah yang memukau, menurut Marshall, Bailey sangat terhubung dengan lirik yang dia nyanyikan. Pengalaman tersebut sangat emosional dan waktu berlalu tanpa terasa.
Tim tidak langsung memutuskan Bailey berperan sebagai Ariel. Mereka tetap melakukan seleksi peran dengan ratusan kandidat lain, bahkan melibatkan setiap etnis yang ada. Namun, sosok Bailey-lah yang terus terbayang dan dirasa pas menjadi Ariel.
"Kami melihat (penampilan) semua orang. Dan dia (Bailey) membuat peran itu sesuai untuknya. Itulah yang terjadi," kata Marshall.
Selain Bailey, film The Little Mermaid turut dibintangi Jonah Hauer-King, Daveed Diggs, Awkwafina, Jacob Tremblay, Javier Bardem, Melissa McCarthy, dan Noma Dumezweni. Sinema itu mengadaptasi film animasi musikal The Little Mermaid besutan Disney yang dirilis pada 1989.
The Little Mermaid bercerita tentang putri duyung bernama Ariel, yang jatuh cinta pada sesosok manusia, yang ternyata merupakan seorang pangeran. Ariel membuat kesepakatan dengan penyihir laut supaya dirinya bisa menjadi manusia.
Baik film animasi maupun versi live action didasarkan pada dongeng Denmark tahun 1837 karya Hans Christian Andersen. Marshall menyampaikan, produksi film live action menghabiskan waktu sekitar 4,5 tahun dengan anggaran besar.
Pada awalnya, Marshall dan timnya berusaha memahami lebih dalam kisah Hans Christian Andersen, tentang seorang gadis muda yang sedang dalam proses menemukan jati diri. Bagi Marshall, hal itu amat krusial.
"Karena kami membawa sesuatu yang lebih dalam dan emosional dalam karya //live action// ini,\" tuturnya.