Erick Ungkap Dampak Besar BUMN Karya Membangun Infrastruktur Indonesia
Infrastruktur memiliki dampak besar bagi perekonomian nasional.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir menepis persepsi miring terhadap BUMN-BUMN yang bergerak di sektor infrastruktur atau karya. Erick mengatakan narasi utang besar dan bangkrut acapkali disematkan kepada BUMN karya.
"Ini yang kadang-kadang dampaknya tidak dirasakan," ucap Erick usai menghadiri Indonesia-Cina Smart City Technology and Investment Expo 2023 di Shangri-La Hotel, Jakarta, Kamis (25/5/2023).
Erick mengatakan infrastruktur memiliki dampak besar bagi perekonomian nasional. Peningkatan kualitas dan kuantitas infrastruktur seperti jalan akan mendorong peningkatan produktivitas ekonomi, konektivitas masyarakat hingga logistik.
Erick mencontohkan Korea Selatan (Korsel) yang bahkan mengalokasikan 50 persen dari anggaran negara untuk sektor infrastruktur pada 1960-an. Hasilnya, ucap Erick, Korsel kini menjadi negara dengan kemajuan yang sangat pesat.
"Kalau BUMN karya tidak membangun jalan tol, harga-harga akan lebih mahal, kemacetan luar biasa yang akhirnya terjadi pemborosan BBM, ingat BBM itu impor," lanjut pria kelahiran Jakarta tersebut.
Erick menyampaikan peningkatan infrastruktur sendiri telah memberikan bukti saat masa lebaran yang berjalan lancar sehingga kuota BBM yang dipersiapkan Pertamina pun tidak terpakai seluruhnya.
Erick menyampaikan BUMN karya justru beperan penting dalam menyelesaikan pembangunan jalan tol yang mangkrak saat dikelola swasta. Erick menyebut hal ini menjadi tanggung jawab BUMN sebagai agen pembangunan.
"Tol-tol yang mangkrak waktu itu dikelola swasta, BUMN mengambil alih. Jadi jangan dilihat masalah utang seakan paradigma bangkrut, tapi solusi yang diberi BUMN karya kepada masyarakat luar biasa," ucap Ketua Umum Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) tersebut.
Kendati begitu, Erick mengatakan terus memperbaiki kondisi BUMN karya dengan sejumlah langkah transformasi. Salah satu yang krusial, Erick ingin memastikan infrastruktur yang merupakan proyek jangka panjang tidak lagi mendapatkan pembiayaan dalam jangka pendek.
"Kita juga melakukan restrukturisasi dan utang BUMN karya di Himbara yang tadinya Rp 120 triliun turun jadi Rp 70 triliun. Artinya ada percepatan tapi harus sabar karena proyek infrastruktur itu perlu waktu, tidak mungkin seperti kita dagang mi goreng, diproduksi, besok laku. Infrastruktur itu lama, sekitar lima-delapan tahun," kata Erick menambahkan.