Jamaah Haji Sukarman Ingin Perbanyak Ibadah di Masjid Nabawi
Jamaah haji merasa nyaman ibadah di Masjid Nabawi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sukarman, 70 tahun, anggota jamaah haji kloter pertama asal DKI Jakarta tampak bersemangat menuju Masjid Nabawi. Berjalan sendirian, Sukarman berjalan mantap menuju masjid.
"Saya mau ke masjid, mau sholat Jumat," ujarnya, Jumat (27/5/2023).
Sukarman mengakui, sholat ke Masjid Nabawi merupakan bagian dari ibadah Arbain yang sudah dijalaninya sejak tiba di Madinah dua hari lalu. Apalagi, jarak antara tempat penginapan dan masjid cukup dekat.
"Mumpung di sini (Madinah), saya ingin perbanyak ibadah," ucap warga Cengkareng, Jakarta Barat, itu.
Ditanya apakah hafal dengan lokasi hotel tempat ia menginap sepulangnya dari masjid, Sukarman dengan tegas mengatakan iya. "Insya Allah hafal," kata jemaah haji yang menginap di Artal International Hotel Company ini.
Data Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) hingga saat ini sudah 13.407 jamaah haji Indonesia dari 34 kloter telah tiba di Madinah. Mereka tersebar di berbagai penginapan di sekitar Masjid Nabawi.
Lihat halaman selanjutnya >>
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Liliek Marhaendro Susilo mengimbau para jamaah haji, terutama yang lanjut usia (lansia), untuk tak memaksakan diri melaksanakan shalat Arbain di Masjid Nabawi jika kondisi tubuh tidak fit.
"Jamaah, khususnya para lansia, untuk tetap menjaga kesehatan dan menghindari aktivitas di luar ruang. Mengingat saat ini kondisi cuaca di Madinah sedang dalam kondisi terik panas dengan suhu mencapai 41 derajat Celsius," ujar Liliek dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Jumat.
Liliek mengatakan, di tengah suhu yang berbeda dengan di Tanah Air, jamaah hendaknya menghemat tenaga agar bisa menunaikan rangkaian haji yang utama seperti wukuf di Arafah nanti. Biasanya, setibanya di Madinah jamaah Indonesia melaksanakan shalat berjamaah sebanyak 40 waktu atau Arbain.
Liliek mengimbau agar ibadah sunah tersebut tidak perlu dilakukan jika merepotkan atau bahkan membahayakan jiwa, terutama bagi jamaah lansia. Mereka sebaiknya menunaikan sholat di pemondokan.
"Jamaah juga bisa menunaikan sholat di pemondokan untuk menghindari kelelahan," katanya.
Menurut Liliek, untuk menghindari kebingungan selama beribadah di Masjid Nabawi maupun saat kegiatan di Kota Madinah, ada beberapa panduan yang patut diperhatikan. Pertama, mencatat nama dan nomor pemondokan sebelum berangkat ke Masjid Nabawi.
Kedua, memberi tahu dan mencatat nomor kontak petugas penyelenggara ibadah haji (PPIH) di pemondokan. Ketiga, mengenakan identitas pengenal, terutama gelang jamaah. Jangan tukar-menukar gelang dengan jamaah lainnya.
Keempat, pergi dan pulang secara berkelompok. Kelima, menggunakan pelembap kulit dan bibir untuk menghindari iritasi akibat cuaca panas. Keenam, selalu menggunakan alas kaki dan kaus kaki untuk menghindari kaki melepuh.
"Jika kehilangan alas kaki, jangan memaksakan diri pulang ke hotel tanpa sandal di siang hari. Sebab, jalanan yang dilalui sangat panas. Hubungi petugas yang ada di sekitar jamaah," kata Liliek.
Ketujuh, upayakan selalu membawa dan minum air mineral 200 ml/jam secara teratur untuk menghindari dehidrasi. Jamaah juga diimbau meminum oralit satu saset per hari dicampur dengan 300 ml air mineral untuk memulihkan kebugaran tubuh.
Kedelapan, atur irama keberangkatan dan kepulangan dari pemondokan menuju Masjid Nabawi dan sebaliknya. Ini untuk menghindari penumpukan antrean lift di pemondokan. Kesembilan, selalu menjaga ketertiban selama beribadah di Masjid Nabawi. Kesepuluh, makan tepat waktu dan beristirahat yang cukup.