Pesan Rasulullah SAW untuk 2 Sahabat yang Pernah Meminta Diberi Posisi Jabatan
Jabatan adalah amanat yang akan dipertangungjawabkan di akhirat kelak
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Sejumlah sahabat Nabi Muhammad SAW tercatat pernah meminta jabatan kepada Nabi Muhammad. Kisah ini tercatat dalam sejumlah hadits shahih, yang tentunya penting untuk diambil hikmahnya.
Pertama, sahabat yang tercatat pernah meminta jabatan ialah Abdurrahman bin Samurah RA. Diriwayatkan langsung dari Abdurrahman bin Samurah RA, dia berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda:
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ سَمُرَةَ قَالَ قَالَ لِي النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُعْطِيتَهَا عَنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ
"Wahai Abdurrahman, janganlah meminta-minta untuk menjadi pembesar negara. Karena jika engkau jadi pembesar karena permintaan, tanggung jawabmu akan besar sekali. Jika engkau diangkat tanpa permintaan, engkau akan ditolong orang dalam tugasmu." (HR Muslim)
Kedua adalah sahabat Nabi Muhammad SAW bernama Abu Dzar. Hadits yang menceritakan ini diriwayatkan langsung dari Abu Dzar.
يَا رسول الله، ألا تَسْتَعْمِلُني؟ فَضَرَبَ بِيَدِهِ عَلَى مَنْكِبي، ثُمَّ قَالَ: ((يَا أَبَا ذَرٍّ، إنَّكَ ضَعِيفٌ، وإنّها أمانةٌ، وَإنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ، إلا مَنْ أخَذَهَا بِحَقِّهَا، وَأدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا)). رواه مسلم.
Abu Dzar pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW. "Wahai Rasulullah SAW, apakah engkau tidak hendak mengangkatku (untuk memegang suatu jabatan pemerintahan)?"
Baca juga: Mualaf Theresa Corbin, Terpikat dengan Konsep Islam yang Sempurna Tentang Tuhan
Kemudian Nabi SAW menepuk bahu Abu Dzar RA dengan tangan beliau, sambil bersabda, "Wahai Abu Dzar, engkau ini lemah. Pekerjaan (pada sebuah jabatan pemerintahan) itu adalah amanah, yang pada hari kiamat kelak dipertanggungjawabkan dengan risiko penuh kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang memenuhi syarat dan dapat melaksanakan tugas yang diembankan kepadanya dengan baik." (HR Muslim)
Ibnu Hajar Al Asqolani dalam Fath al-Bari menyampaikan, orang yang meminta-minta kekuasaan dengan tamak, maka ia tidak akan mendapat pertolongan Allah SWT. "Siapa yang mencari kekuasaan dengan begitu tamaknya, maka ia tidak ditolong oleh Allah."
Dalam riwayat lain, dari Abu Musa RA, disebutkan bahwa dia datang menemui Nabi Muhammad SAW bersama dua orang laki-laki anak pamannya. Satu dari dua orang lelaki itu menyampaikan permintaannya untuk diangkat sebagai amir (pemimpin) di salah satu daerah yang dikuasakan Allah kepada Nabi SAW.
Seorang lagi juga berkata demikian. Lalu Nabi Muhammad SAW bersabda:
إِنَّا وَالله لاَ نُوَلِّي هَذَا العَمَلَ أَحَدًا سَأَلَهُ، أَو أَحَدًا حَرِصَ عَلَيهِ "Demi Allah, aku tidak akan mengangkat seseorang untuk memangku suatu jabatan, (yaitu) orang yang meminta-minta supaya ia diangkat, bahkan tidak pula orang yang mengharap-harap (berambisi) untuk itu (mendapat kekuasaan)." (HR Muslim)
Meski demikian, larangan meminta jabatan tidak bersifat mutlak. Kisah Nabi Yusuf AS adalah contohnya. Saat itu Mesir dilanda keterpurukan. Tanah subur tetapi rakyatnya sengsara. Hal ini menurut Nabi Yusuf terjadi karena ada kesalahan tata kelola oleh para pejabat negara kala itu.
Kemudian, Nabi Yusuf AS meminta agar dijadikan sebagai pejabat yang mengurus urusan kesejahteraan masyarakat. Kisah ini terekam dalam Alquran Surat Yusuf ayat 55:
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَىٰ خَزَائِنِ الْأَرْضِ ۖ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ "Dia (Yusuf) berkata, 'Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.'" (QS Yusuf ayat 55)
Baca juga: 7 Daftar Kontroversi Panji Gumilang Pimpinan Al Zaytun yang tak Pernah Tersentuh
Sejak Nabi Yusuf diangkat menjadi bendahara negara, Mesir pun menjadi sejahtera rakyatnya. Sekalipun saat itu terjadi musim kemarau. Nabi Yusuf berhasil mengharumkan nama Mesir ke berbagai negara lain.
Karena itu, jabatan itu boleh diminta, asal diketahui bahwa yang memintanya adalah orang yang amanah dan berilmu. Artinya, orang tersebut haruslah memiliki rekam jejak yang membuktikan kejujurannya dan kemampuannya dalam memimpin atau dalam bidang yang ditekuninya.
"Jabatan boleh diminta, asal kita memiliki reputasi bagus. Memiliki kualifikasi sebagaimana ditunjukkan Allah SWT melalui surah Yusuf di atas (Surat Yusuf ayat 55)," tulis Ketua Umum PBNU periode 2000-2010 KH Hasyim Muzadi, yang dimuat dalam Harian Republika edisi 13 April 2014.