UAH Raih Gelar Honoris Causa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta

Ustaz Adi Hidayat merupakan pendakwah masa kini yang berwawasan luas.

Tangkapan layar
Tangkapan layar penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) kepada Ustaz Adi Hidayat, Selasa (30/5/2023)
Rep: Zahrotul Oktaviani Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Adi Hidayat atau yang biasa dikenal UAH mendapat penganugerahan gelar doktor honoris causa. Pemberian penghargaan ini dilakukan di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Selasa (30/5/2023).

Baca Juga


Penghargaan ini diberikan menyusul pemikiran dan tulisan ilmiahnya, dalam bidang manajemen pendidikan Islam. Dalam kesempatan itu, ia pun mengorasikan pemikirannya yang berjudul "Manajemen Pendidikan Alquran dan Sunnah, serta Implementasinya Menuju Pendidikan Berkemajuan."

"Manajemen pendidikan Islam berbasis Alquran dan sunah dipandang penting serta boleh jadi menjadi satu-satunya solusi terbaik. Bukan hanya mengatasi problem dinamika global saat ini, melainkan juga mengantarkan kita pada kesuksesan misi yang diamanahkan oleh Allah untuk beraktifitas di bumi," kata dia dalam Penganugerahan Gelar Doktor HC Ustadz Adi Hidayat, Lc., M.A., Selasa (30/5/2023).

Allah SWT disebut menugaskan manusia berkehidupan di bumi sebagai khalifah. Setidaknya ada empat makna utama dalam bahasa Arab, yaitu pemakmur dari kata amar (bermanfaat), membangun kesuksesan di semua lini kehidupan, melahirkan kebahagiaan di setiap elemen kehidupan, serta terakhir menjaga fungsi ini oleh setiap generasi yang saling menggantikan.

Bekal pertama yang Allah berikan bagi manusia sebagai instrumen untuk menjalankan misi tersebut adalah pengetahuan. Dalam QS al-Baqarah ayat 31 disebutkan, yang Allah SWT ajarkan kepada Adam pertama kali adalah pengetahuan.

Fitrah pengetahuan ini ditanamkan dan diajarkan oleh Allah kepada setiap Nabi dan Rasul yang bertugas di bumi, mulai dari Adam hingga Rasulullah SAW. Pengetahuan ini berfungsi sebagai instrumen untuk membimbing seluruh umat di setiap generasi, guna mencapai tujuan awal.

"Tujuan di-install pengetahuan ini bukan sekadar menjadi bagian dari pengetahuan untuk membimbing umat, melainkan juga untuk mewujudkan tujuan dasar pemberian amanah Allah kepada setiap manusia. Dengan itu diharapkan hadir kedamaian, ketentraman, kemaujaun, disertai kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT," ujar dia.

UAH juga mencontohkan model pendidikan yang disampaikan Nabi Muhammad SAW, yang disebut paling menarik, komprehensif, dan paling berhasil di antara semua nabi yang pernah bertugas di bumi. Nabi diutus di tempat yang paling rendah semua nilai kemanusiaan dan pengetahuannya, yang dikenal dengan masa jahiliyah.

Kepada Rasul, Allah SWT menurunkan Alquran dan penjelasan yang diterangkan dalam bentuk hadis atau sunah Nabi Muhamamd. Dalam penelusurannya, ia menyebut ada pendidikan Islami yang dasarnya bersumber dari bimbingan wahyu Alquran dan penjelasan Rasulullah yang disebut sunah.

Transformasi pendidikan yang diberikan oleh Rasul disebut berhasil mengantarkan sifat jahiliyah kepada khairu ummah. Dalam QS Ali Imran ayat 110 yang seolah menjadi legitimasi dari perubahan tersebut.

"Apa yang Nabi ajarkan, yang bersumber dari Alquran, kemudian diterangkan dalam hadist itu secara luar biasa telah mengubah masyarakat jahiliyah yang tadinya terbelakang menjadi masyarakat yang tercerahkan dan berkemajuan, bahkan mendapatkan persetujuan dan legitimasi langsung dari Allah SWT," kata UAH.

Sebanyak 40 orang yang dididik di Makkah oleh Nabi menghasilkan 12 ribu orang di Kota Yatsrib atau Madinah. Selama 23 tahun Nabi bertugas, berhasil menghadirkan 35 panglima, yang mana 1 panglimanya memiliki kemampuan menaklukan Persia dan Romawi.

Tidak hanya itu, cabang dari panglima itu menghasilkan kurikulum yang diadopsi Afrika Utara. Pada masa itu, negara ini menjadi provinsi negara Islam, yang kekuatan pangdamnya mampu membuka Andalusia, Iberia, Spanyol dan Portugis, serta memiliki peradaban hingga 7 abad.

 

Hasil pendidikan Nabi

Di sisi lain, hasil pendidikan Nabi yang berkelanjutan juga menghasilkan pemimpin, birokrat, ulama dan 5 saudagar terbaik. Di antaranya adalah Utsman bin Afwan senilai 850 juta USD, Zubair bin Awwam senilai 1 miliar USD setara Rp 72 ribu triliun, serta Abdurrahman bin Auf dengan kekayaan sebesar 2 miliar USD di eranya.

"Nabi mengajarkan Alquran bukan sekedar bacaan, tetapi sekaligus dengan makna dan implementasinya. Ada 6.236 ayat Alquran, yang jika dikeluarkan akan menjadi kurikulum kehidupan, yang sesuai dan terkolerasi dengan semua aktifitas kehidupan di muka bumi," ucap dia.

UAH pun mencontohkan ada 70 ayat berisikan tentang rumah tangga. Hasil dari ayat-ayat ini akan menghasilkan keluarga yang luar biasa dan tokoh yang tidak hilang dalam perjalanan sejarah. Contohnya, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal.

Adapun ayat yang berisikan tentang bisnis berjumlah 10 ayat, tentang peningkatan pengetahuan sebanyak 779 ayat, tentang tata negara 25 ayat, hukum pidana 70 ayat, hukum acara 13 ayat, dan sebagainya.

Terakhir, UAH menyebut jika ini semua dirumuskan maka nilai atau //value// yang dihasilkan bisa berkontribusi dalam ketatanegaraan, menghasilkan negara yang maju, mencerahkan dan mendapat ridha dari Allah SWT.

Para ulama, lanjut dia, telah mengeluarkan satu konstruksi implementasi ayat-ayat ini melalui kodifikasi kitab-kitab hadist, yang tersambung pada sunnah-sunnah Rasul dan implementasinya dalam kehidupannya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler