Elektabilitas Ganjar Turun Setelah Resmi Diusung PDIP, Ini Penyebabnya Menurut Pengamat
Gestur politik Jokowi mengayun lagi antara Ganjar dan Prabowo.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Pengamat politik, Ari Nurcahyo mengatakan, elektabilitas Ganjar Pranowo justru menurun setelah dideklarasikan PDIP. Padahal, sebelumnya, banyak prediksi elektabilitas Ganjar akan naik setelah pencapresan PDIP resmi diumumkan.
Pada Oktober 2022, elektabilitas capres PDIP, Ganjar Pranowo berhasil menyalip capres Partai Gerindra, Prabowo Subianto. Namun, pada Mei 2023, elektabilitas Prabowo berhasil menyalip Ganjar Pranowo.
Ia menilai, ada faktor internal dan eksternal yang menyebabkan itu semua terjadi. Ari menekankan, kegagalan Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U20 menjadi faktor penting sosok Ganjar menjadi begitu disorot publik.
Apalagi, pada April 2023, memang menjadi polemik Gubernur Bali dan Jawa Tengah yang merupakan kader PDIP menolak kehadiran Timnas Israel. Hal itu menuai banyak kontroversi dan terbaca sebagai resistensi publik.
"Gagalnya Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia U20 karena menolak Israel, yang sebenarnya jubir partai I Wayan Koster dan Ganjar Pranowo, mempunyai efek magnitude luar biasa, sehingga menggeser keputusan FIFA," kata Ari, Kamis (1/6/2023).
Kemudian, gestur politik Presiden Jokowi setelah itu mulai mengayun lagi antara Ganjar dan Prabowo. Terbaca dari puncak Musyawarah Rakyat (Musra) Relawan Jokowi yang seharusnya linier sudah menyarankan satu nama, tapi mengayun lagi kepada tiga nama.
Direktur Eksekutif Para Syndicate ini menilai, sikap Musra mencerminkan mengayun sikap politik Jokowi. Awalnya cukup kuat ke Ganjar, usai U20 mengayun ke Ganjar dan Prabowo. Siapa yang didukung jadi persoalan.
Ia merasa, faktor jokowi memang menentukan. Terlebih, cawe-cawe Jokowi, konsolidasi partai-partai di pemerintahan, membenarkan dia akan cawe-cawe 'bermain' dalam proses pergantian kepemimpinan nasional ke depan.
Apalagi, lanjut Ari, Jokowi memiliki tingkat kepuasan publik yang bagus, punya kemampuan mengorkestrasi, mengkonsolidasi kekuatan kekuatan partai di kabinet. Meskipun, di satu sisi turut mengakomodasi posisi Nasdem.
"Menurut saya, efek Pak Jokowi akan diayunkan terus kepada dua sosok, disampaikan secara implisit, tidak akan secara eksplisit di depan panggung memberikan dukungan kepada Ganjar atau Prabowo," ujar Ari.