Dampak KDRT dalam Perkembangan Anak

Albert Bandura, seorang psikolog sosial terkenal, mengembangkan teori belajar sosial yang menekankan pentingnya lingkungan dalam membentuk perilaku individu.

retizen /Fredella Vania Galvin Anakotta
.
Rep: Fredella Vania Galvin Anakotta Red: Retizen

Albert Bandura, seorang psikolog sosial terkenal, mengembangkan teori belajar sosial yang menekankan pentingnya lingkungan dalam membentuk perilaku individu. Menurut Bandura, anak-anak tidak hanya belajar melalui penguatan langsung atau penghukuman, tetapi juga melalui pengamatan dan peniruan perilaku orang lain, terutama orang dewasa dan figur otoritas.


Dalam lingkungan negatif, di mana anak-anak mungkin terpapar dengan kekerasan, kecemasan, atau ketidakstabilan, Bandura berpendapat bahwa anak-anak cenderung menginternalisasi dan meniru perilaku yang mereka saksikan. Mereka mungkin mengembangkan kecenderungan untuk menunjukkan agresi, rasa takut, atau perilaku negatif lainnya karena mereka menganggap perilaku tersebut sebagai cara yang efektif untuk berinteraksi dengan dunia di sekitar mereka.

Selain itu, dalam lingkungan negatif, anak-anak mungkin mengalami rendahnya harapan diri dan keyakinan diri yang rendah. Mereka mungkin merasa bahwa mereka tidak mampu mencapai keberhasilan atau mengubah keadaan mereka sendiri. Pandangan negatif ini dapat menghabat pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Contoh kasus nyata yang dicetuskan langsung oleh Albertt Bandura adalah yang dikenal sebagai "Bobo Doll Experiment". Penelitian ini merupakan salah satu contoh paling terkenal yang mendukung konsep belajar sosial atau social learning theory.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang terpapar pada model yang melakukan perilaku agresif cenderung meniru perilaku tersebut. Mereka menendang, memukul, dan mengejek boneka Bobo Doll secara agresif seperti yang mereka lihat dari model. Sementara itu, kelompok yang terpapar pada model yang tidak menunjukkan perilaku agresif atau kelompok kontrol tidak menunjukkan tingkah laku agresif yang signifikan terhadap boneka.

Penelitian ini menjadi bukti penting bahwa anak-anak belajar melalui pengamatan dan imitasi perilaku orang lain di sekitar mereka. Dalam konteks ini, perilaku agresif yang mereka saksikan menjadi model atau contoh bagi perilaku yang mereka peragakan. Penelitian ini mendukung teori Albert Bandura tentang belajar sosial dan mempengaruhi perkembangan anak melalui interaksi sosial dan pengamatan.

Jadi apa dampak KDRT dalam pertumbuhan anak?

KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga) dapat memiliki dampak yang serius terhadap perkembangan anak-anak yang terlibat dalam situasi tersebut. KDRT mencakup perilaku kekerasan yang terjadi dalam lingkungan rumah tangga atau keluarga, termasuk kekerasan fisik, emosional, seksual, atau ekonomi.

Anak-anak yang terpapar KDRT dalam rumah tangga mereka berisiko mengalami dampak negatif yang luas pada perkembangan mereka. Paparan terhadap kekerasan di lingkungan rumah tangga dapat berdampak buruk pada aspek fisik, emosional, sosial, dan kognitif perkembangan anak.

Dampak yang terjadi kepada anak dapat berupa:

sumber dari: https://pixabay.com/id/illustrations/wanita-pria-orang-tua-sengketa-7662952/

1.Trauma dan gangguan stres pascatrauma (PTSD): Anak-anak yang terpapar KDRT dapat mengalami trauma yang menyebabkan gejala stres pascatrauma. Mereka mungkin mengalami mimpi buruk, flashbacks, kesulitan tidur, dan reaksi emosional yang berlebihan terhadap situasi yang mengingatkan pada kekerasan yang dialami.

2.Masalah kesehatan mental: Anak-anak yang mengalami KDRT berisiko mengembangkan masalah kesehatan mental, termasuk depresi, kecemasan, gangguan kecemasan sosial, dan gangguan perilaku makan. Mereka juga mungkin mengalami peningkatan risiko bunuh diri.

3.Perkembangan sosial yang terhambat: Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan KDRT mungkin mengalami kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan sosial yang sehat. Mereka mungkin mengalami isolasi sosial, kesulitan dalam mempercayai orang lain, dan kesulitan dalam berinteraksi dengan teman sebaya.

4.Gangguan perkembangan kognitif: KDRT dapat mempengaruhi perkembangan kognitif anak-anak Mereka mungkin mengalami kesulitan belajar, kesulitan konsentrasi, dan penurunan kemampuan berpikir logis.

5.Sikap dan pola perilaku yang merugikan: Anak-anak yang terpapar KDRT cenderung menunjukkan sikap dan pola perilaku yang merugikan. Mereka mungkin meniru pola kekerasan yang mereka lihat di rumah dan menggunakan kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan konflik.

Agresi dan kekerasan:

tentang agresi dan kekerasan dikenal sebagai "Social Learning Theory of Aggression" atau teori pembelajaran sosial tentang agresi. Teori ini menjelaskan bahwa agresi dipelajari melalui proses pembelajaran sosial, di mana individu belajar melalui pengamatan, peniruan, dan penguatan. Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang teori ini dan beberapa referensi terkait:

1.Pengamatan dan Peniruan: Menurut Bandura, individu belajar melalui pengamatan perilaku orang lain, terutama perilaku agresif. Mereka memperhatikan model-model yang mereka lihat, baik di kehidupan nyata maupun di media, dan kemudian meniru perilaku tersebut.

2.Penguatan dan Hukuman: Bandura menekankan peran penguatan dan hukuman dalam pembelajaran sosial agresi. Jika perilaku agresif yang ditiru oleh individu dianggap efektif atau mendapatkan penguatan positif, kemungkinan perilaku agresif tersebut akan meningkat. Sebaliknya, jika perilaku agresif menghasilkan hukuman atau konsekuensi negatif, kemungkinan perilaku tersebut akan menurun.

3.Faktor Kognitif: Teori Bandura juga mengakui pentingnya faktor kognitif dalam pembelajaran sosial agresi. Individu memproses informasi melalui pemikiran dan evaluasi internal sebelum memutuskan untuk meniru atau mengekspresikan perilaku agresif. Faktor-faktor seperti nilai-nilai, norma sosial, dan konsekuensi yang diantisipasi akan mempengaruhi keputusan individu dalam menampilkan perilaku agresif.

KDRT merupakan tindakan yang melanggar hak asasi manusia dan dapat memiliki dampak negatif jangka panjang pada anak-anak yang terlibat. Berikut adalah beberapa poin penting terkait dengan ini:

-Kesejahteraan anak: Anak-anak memiliki hak untuk hidup dalam lingkungan yang aman, tanpa kekerasan fisik, emosional, atau seksual. KDRT tidak hanya merugikan anak secara fisik, tetapi juga dapat menyebabkan dampak psikologis yang serius, seperti trauma, kecemasan, depresi, dan masalah perilaku.

-Peran Model: Orang dewasa berperan sebagai model perilaku bagi anak-anak. Jika mereka terlibat dalam KDRT, anak-anak mungkin meniru dan menganggap perilaku tersebut sebagai bentuk yang dapat diterima dalam hubungan. Oleh karena itu, penting bagi orang dewasa untuk memperlihatkan sikap yang sehat, menghormati, dan tidak agresif dalam interaksi dengan anak-anak.

-Pendidikan dan Kesadaran: Melalui pendidikan dan kesadaran yang tepat, kita dapat mengajarkan anak-anak tentang hak-hak mereka, pentingnya hubungan yang sehat, dan cara mengatasi konflik tanpa kekerasan. Hal ini dapat melibatkan pelatihan keterampilan sosial, promosi pemahaman tentang emosi, dan pembentukan sikap yang positif terhadap resolusi konflik damai.

-Dukungan dan Sumber Daya: Penting bagi masyarakat dan lembaga-lembaga terkait untuk menyediakan dukungan dan sumber daya bagi mereka yang terlibat dalam situasi KDRT. Ini termasuk akses ke pusat bantuan, konseling, dan perlindungan hukum bagi korban KDRT dan keluarga mereka.

Kesimpulannya, penting bagi kita untuk memastikan bahwa anak-anak tumbuh dan berkembang dalam lingkungan yang bebas dari KDRT. Kehidupan yang aman, penuh kasih sayang, dan bebas kekerasan adalah hak yang fundamental bagi semua anak-anak.

sumber : https://retizen.id/posts/220589/dampak-kdrt-dalam-perkembangan-anak
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke retizen@rol.republika.co.id.
Berita Terpopuler