BPOLBF Sebut KTT ASEAN Beri Standar Baru Bagi Pariwisata Labuan Bajo

KTT Asean membuat hal seperti keamanan pangan hulu ke hilir makin diperhatikan.

Facebook BPO Labuan Bajo Flores
Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF)
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG -- Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) menyebut ajang KTT ASEAN/ASEAN Summit, yang berlangsung di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, pada Mei 2023, memberi standar baru bagi pengembangan pariwisata ke depan.

Baca Juga


"ASEAN Summit memberi kita standar yang kemudian menjadi target pelayanan ke depannya. Ketimpangan yang ada menjadi target untuk dikerjakan segera sehingga penyediaan sumber daya setempat yang berkualitas dapat menopang konsep pariwisata ke depan yang didesain untuk Labuan Bajo," kata Direktur BPOLBF Shana Fatina di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT, Senin (5/6/2023).

Shana menjelaskan, sejak penetapan Labuan Bajo sebagai 10 "Bali Baru" pada 2016 dan lima destinasi pariwisata super prioritas (DPSP) pada 2019, Labuan Bajo telah didesain untuk menjadi lokasi MICE internasional sekelas kepala negara. Dalam empat tahun terakhir, orkestrasi program lintas kementerian/lembaga pusat dan daerah serta pentaheliks diaktivasi untuk membangun ekosistem yang diperlukan.

Pada momen ASEAN Summit lalu, kata Shana, kebutuhan Labuan Bajo untuk menyediakan suplai pangan bagi 8.000-an orang yang hadir bersamaan baik delegasi, panitia, wisatawan mancanegara dan nusantara termasuk masyarakat menjadi titik kritis yang akan menjadi peluang bagi masyarakat membuka usaha di bidang penyediaan pangan dan prosesnya. Dia menyebut rantai pasok hulu pertanian, perikanan, peternakan, dan lainnya serta pelaku proses sampai ke hilir harus ada dan diisi pengusaha lokal.

Selain itu, jaminan kualitas dan kontrol dari bahan kimiawi berbahaya juga penting. Dengan begitu, produk pangan yang dikonsumsi masyarakat maupun wisatawan tetap aman dan sehat, seperti nilai pariwisata berkualitas yang selama ini dijual.

Dia menilai tidak hanya sekadar atraksi, amenitas, dan aksesibilitas tetapi juga kesiapan pelaku usaha, komunitas, akademisi, media, dan pemerintah yang siap berkolaborasi mengelola destinasi kelas dunia ini tanpa merusak kelestarian lingkungan maupun mengubah karakter tradisi. "KTT ASEAN menunjukkan Labuan Bajo bisa, tapi banyak yang perlu kita evaluasi dan sempurnakan kembali ke depan sehingga pelayanan makin maksimal," ujar Shana.

Dia mengakui akomodasi di Labuan Bajo masih kurang. Namun, dia meyakini akan segera terisi karena lebih dari 2.000 kamar telah direncanakan untuk dibangun saat ini.

Menurut dia, hal ini menjadi peluang baik bagi masyarakat yang tertarik untuk menjadi pelaku akomodasi, karena peluang itu terbuka lebar. "Nanti kita fasilitasi pelatihan dan penyiapan kapasitas pengelolaan sehingga pelayanan tetap prima dan sesuai standar," kata dia.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler