Jamaah Haji Ikuti Kajian Pimpinan Warga Indonesia di Masjid Nabawi
Kajian keislaman dilakukan dalam bahasa Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Satu pemandangan menarik ketika usai sholat Magrib di Masjid Nabawi. Utamanya pada ruang sholat yang berada pada posisi masuk pintu 19.
Sepanjang itu terdapat banyak majelis ilmu baik berupa setoran Alquran maupun kajian lainnya.Salah satu pengisi kajian tersebut, Ariful Bahri, Warga Negara Indonesia (WNI) asal Riau.
Lulusan S2 Universitas Islam Madinah ini setiap hari mengisi kajian keislaman dengan bahasa Indonesia di Masjid Nabawi. Tanpa ada libur, Ariful konsisten memberikan materi keislaman kepada jamaah yang mayoritas merupakan orang Indonesia.
"Alhamdulillah orang Indonesia orang yang mau mendengarkan," kata dia.
Selain dari jamaah Indonesia, kajiannya juga dihadiri oleh jamaah-jamaah dari negara lain, seperti Malasyia, Filipina, Brunei Darussalam, dan negara tetangga Indonesia lainnya. Kepada jamaah Indonesia, khususnya yang mengikuti kajiannya, Ariful meminta untuk manfaatkan waktu di Madinah untuk belajar agama, selain tentu untuk beribadah.
"Ada banyak manfaatnya bagi siapapun, agar kita nambah cinta sama Nabi, insya Allah," katanya.
Ariful mengatakan jamaah asal Indonesia juga insya Allah senang ada orang Indonesia ngisi pengajian di masjid Nabawi. "Karena insya Allah orang Indonesia juga bangga. Ternyata ada ya orang Indonesia yang ngajar di sini," ucapnya.
Ariful juga senang melihat jamaah Indonesia di masjid tidak hanya duduk-duduk. "Ngaji Alquran mungkin penat atau belum bisa, jadi supaya tidak duduk-duduk begitu saja, mereka ikut kajian," ujarnya.
Pria lulusan doktor bidang syari'ah itu pada musim haji mengisi kajian dengan fokus dua hal, yaitu keutamaan kota Madinah dan sejarahnya. Sedangkan saat musim haji kajiannya fokus seputar manasik haji.
"Seputar keutamaan Madinah dan sejarahnya. Saat musim haji seperti sekarang fokus soal manasik haji," kata Ariful.
Ariful mengaku rumahnya cukup jauh dari Masjid Nabawi. Jaraknya sekitar tujuh kilometer dari masjid tempatnya mengajar setiap hari.
"Setiap hari mengisi kajian. Pokoknya kalau tidak sakit atau tidak ke Makkah, pasti mengajar," ujarnya dengan linangan air mata.
Berkisah soal dukanya, Ariful mengaku sakitpun kadang tetap mengisi kajian, tidak pernah libur, bahkan saat Lebaran tiba. "Kadang tubuh menggigil, demam. Saya minta ke Abang saya cepat bawa ke Masjid Nabawi. Nggak ada libur, Lebaran juga gas," kata dia.
Ariful bersyukur setiap hari bisa sholat di Masjid Nabawi. Lebih-lebih bisa mengisi kajian di masjid kebanggaan umat Islam.
"Banggalah, ya, bisa sholat di sini, bisa ngajar ngaji di sini, setiap hari," ujarnya.