China dan Arab Saudi Berjanji Ciptakan Lingkungan Bisnis yang Lebih Baik
Kenferensi bisnis Arab-China tengah digelar di Riyadh.
REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pejabat tinggi China dan Arab Saudi berjanji untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih baik. Kesepakatan ini demi mendukung perusahaan dari kedua belah pihak dalam momentum pertumbuhan hubungan ekonomi.
Wakil ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat Cina (CPPCC) Hu Chunhua mengatakan, China akan terus mendukung bisnis dengan Saudi dalam memperdalam investasi. “Kami menyambut bisnis Arab untuk memperluas investasi mereka di Cina, dan kami juga akan memberikan dukungan kepada bisnis China yang kuat dalam berinvestasi di negara-negara Arab,” katanya dalam pembukaan Arab-China Business Conference ke-10 di Riyadh pada Ahad (11/6/2023).
Hu menyatakan, Beijing akan maju secara pragmatis dengan Riyadh dalam merevitalisasi peradaban masing-masing. Kedua negara akan memperdalam kerja sama dalam kapasitas produksi dan infrastruktur dasar.
"Dan dalam memperkuat perdagangan, investasi, dan hubungan keuangan, untuk membantu diversifikasi pembangunan ekonomi Arab Saudi,” kata Hu.
Menurut Hu, China akan mendorong pertumbuhan energi hijau, kesehatan, penerbangan, dan sektor ekonomi digital. “Kami juga menantikan untuk melihat lingkungan bisnis yang lebih terbuka dan adil bagi investor di negara-negara Arab, di mana hak investor dapat dilindungi secara sah,” ujarnya.
Dalam pidato utama, Menteri Investasi Saudi Khalid al-Falih berharap, pembicaraan tentang Perjanjian Perdagangan Bebas Dewan Kerja Sama China-Teluk akan segera menghasilkan kesepakatan. Pakta itu dimulai pada 2004 tetapi telah berulang kali macet.
“Kami telah menempuh perjalanan jauh. Kepemimpinan dari kedua belah pihak menunjukkan kemauan,” kata Falih.
Falih menyatakan, perjanjian tersebut akan memungkinkan dan memberdayakan industri Saudi untuk mengekspor. Dia berharap semua negara yang bernegosiasi dengan Saudi untuk kesepakatan perdagangan bebas tahu perlu melindungi negara yang industrinya sedang berkembang.
“Kita perlu memberi mereka ekonomi pasar dan semacam perlindungan,” kata Falih.
Konferensi ini dihadiri oleh lebih dari 3.000 peserta termasuk pengusaha dari China daratan dan Hong Kong. Pertemuan itu diadakan dengan latar belakang meningkatnya minat Beijing dan Riyadh dalam hubungan ekonomi yang lebih kuat. Kedua negara akir-akhir ini menghadapi hubungan yang semakin menantang dengan Amerika Serikat.
China adalah mitra dagang terbesar dunia Arab, dengan total perdagangan mencapai 430 miliar dolar AS pada 2022. Saudi sendiri menyumbang 25 persen dari total perdagangan antara China dan negara-negara Arab.