Hamas Bantah Laporan Soal Gencatan Senjata Jangka Panjang dengan Israel
Laporan muncul setelah Hamas melakukan pertemuan dengan pejabat Mesir.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Kelompok Hamas membantah laporan yang menyebutnya telah membahas tentang penerapan gencatan senjata jangka panjang dengan Israel. Laporan itu muncul setelah delegasi Hamas dan kelompok Jihad Islam melakukan pertemuan dengan para pejabat Mesir di Kairo.
“Laporan tentang negosiasi gencatan senjata jangka panjang dengan Israel tidak berdasar dan tanpa kebenaran,” kata Juru Bicara Hamas Hazem Qassem, Senin (12/6/2023), dikutip laman Middle East Monitor.
Dia menjelaskan, kunjungan delegasi Hamas ke Kairo baru-baru ini adalah untuk membahas tindakan agresif Israel yang terus berlangsung di Yerusalem dan Tepi Barat. Delegasi tersebut pun membahas tentang berlanjutnya pelanggaran Israel terhadap situs-situs suci keagamaan di Yerusalem.
Pekan lalu, delegasi Hamas dan Jihad Islam mengadakan pembicaraan dengan para pejabat Mesir di Kairo. Mereka membahas mengenai perkembangan di wilayah Palestina. Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh juga turut mengunjungi Kairo dan bertemu para pejabat Mesir pekan lalu.
Setelah pertemuan tersebut, beredar beberapa laporan yang menyebut bahwa Hamas mendiskusikan tentang penerapan senjata jangka panjang dengan Israel. Selama ini Mesir memang selalu menjadi mediator antara kelompok perlawanan Palestina di Jalur Gaza dan Israel.
Bulan lalu, kelompok Jihad Islam terlibat pertempuran dengan Israel. Konfrontasi dimulai pada 9 Mei 2023, ketika Israel melancarkan serangan udara yang membidik sejumlah fasilitas Jihad Islam. Serangan tersebut kemudian dibalas Jihad Islam dengan meluncurkan ratusan roket ke wilayah Israel.
Ketika pertempuran pecah, Israel menutup semua jalur penyeberangan ke Jalur Gaza. Hal itu memicu kekurangan persediaan bahan makanan, obat-obatan, hingga bahan bakar yang digunakan untuk mengoperasikan generator listrik.
Pertempuran antara Jihad Islam dan Israel bulan lalu menyebabkan 33 orang tewas, termasuk enam anak-anak dan tiga wanita. Di antara para korban tewas terdapat pula tiga komandan senior Jihad Islam. Sementara korban luka mencapai sekitar 150 orang.