Firaun Dikelilingi Para Penyihir, tapi Benarkah Dia Punya Kutukan Sampai Sekarang?

Banyak gambaran tentang Firaun di film yang keliru

EPA-EFE/Mohamed Hossam ElDin
Penemuan baru di Gisr el-Mudir di Saqqara, Giza, Mesir (ilustrasi). Banyak gambaran tentang Firaun di film yang keliru.
Rep: Umar Mukhtar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Egyptologist Wojciech Esmond menyampaikan sejumlah kekeliruan tentang Mesir kuno dan peninggalannya, piramida, yang digambarkan pada banyak film. Salah satu hal yang menurutnya keliru adalah soal piramida yang memiliki banyak jebakan sebagaimana penggambaran film yang mengambil set di piramida.

Baca Juga


Esmond mengatakan, kesalahpahaman ini bermula dari ditemukannya lorong-lorong vertikal di piramida yang ditemukan turun langsung di tengah-tengah lorong miring menuju kamar-kamar kerajaan.

"Beberapa peneliti mengira ini adalah jebakan, seperti pencuri yang tiba-tiba jatuh. Nah, pencuri itu pasti sangat bodoh (bisa jatuh seperti itu)," kata dia seperti dilansir Arabic Post.

Padahal, Esmond menjelaskan, lorong-lorong itu dimaksudkan untuk menampung air selama hujan lebat agar tidak merusak kamar kerajaan.

Kesalahpahaman kedua ialah di dalam piramida ada labirin. Menurut Esmond, gagasan bahwa orang membutuhkan peta harta karun yang rumit untuk menavigasi labirin di dalam piramida benar-benar salah. "Ketika Anda melihat denah piramida, lorong biasanya mengarah langsung ke ruang pemakaman," tambahnya.

Namun, katanya, lorong labirin dapat ditemukan di bagian bawah. "Ada beberapa sistem lorong yang sangat rumit, yang disebut katakombe, seperti di film-film," tambahnya.

Terkadang perlu menekan satu balok batu sehingga pintu lain dapat didorong di sisi berlawanan dari koridor yang sama. "Anda harus tahu apa hasil dari mendorong batu sehingga Anda dapat membuka jalan rahasia," tuturnya.

Kekeliruan ketiga tentang Mesir kuno yang digambarkan pada banyak film adalah tujuan mumifikasi untuk mengawetkan jenazah. Esmond mengatakan, kelompok ahli Mesir Kuno berpendapat bahwa mumifikasi tidak dimaksudkan untuk mengawetkan tubuh.

Sebaliknya, justru mumifikasi bertujuan untuk mengembalikan tubuh firaun ke bentuk aslinya, sebagai patung. Esmond yang merupakan salah satu ahli Mesir Kuno mengatakan patung-patung itu mungkin dilihat sebagai perpanjangan dari dewa-dewa di Bumi.

Campbell Price, kurator Museum Manchester di Inggris Raya, yang sebelumnya menerbitkan buku tentang teori tersebut, menjelaskan, mumifikasi dilakukan untuk membuat tubuh terlihat seperti patung dewa yang sempurna. Inilah mengapa begitu banyak mumifikasi firaun "gagal" saat ditemukan kemudian.

Karena bagi ahli Mesir Kuno dalam aliran pemikiran baru ini, pengawetan tidak pernah menjadi tujuan pembalseman. Namun, pandangan tentang mumifikasi ini kontroversial, dan tidak semua ahli Mesir Kuno setuju dengannya.

Kesalahpaman keempat yang disebut oleh Esmond adalah adanya kutukan Firaun pada orang-orang yang hidup, sebagaimana penggambaran di banyak film. Pemahaman adanya kutukan Firaun ini telah menjadi inspirasi banyak film.

Misalnya cerita tentang petualang yang masuk tanpa izin ke makam firaun, dan hal-hal buruk pun terjadi pada hidupnya. Padahal Esmond menuturkan, pemahaman ini tidak didukung oleh bukti arkeologi.

Esmond mengakui, di beberapa makam, terutama yang berasal dari Kerajaan Lama dan Abad Pertengahan Pertama, dapat ditemukan prasasti, biasanya di pintu masuk yang menyatakan bahwa siapa pun yang memasuki pemakaman ini dan merusaknya, jiwanya akan dibawa ke Yang Agung untuk dihakimi.

"Tapi maksudnya, Firaun, dewa yang menjelma, akan menilai tindakan seseorang setelah kematian, bukan selama hidup," jelas Esmond.

Kekeliruan kelima yang dijelaskan oleh Esmond yaitu soal daging mumi yang dapat meningkatkan kesehatan. Esmond mengungkapkan, ahli Mesir Kuno tidak hanya dikejutkan oleh kesalahan persepsi kontemporer. Ada tren aneh di zaman Victoria bahwa orang percaya bahwa memakan bagian dari daging mumi dapat memberikan khasiat kesehatan yang misterius.

"Sampai 1920-an, Anda bisa menemukan bubuk mumi di beberapa apotek di Jerman. Mungkin saja kakek dan nenek kita memakan mumi," kata Esmond.

Baca juga: Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan

Esmond menambahkan, banyak dari kesalahan persepsi ini bersumber dari sejarawan Yunani Herodotus. Sejarawan Yunani Herodotus mengunjungi Mesir kuno pada abad kelima SM, tepat sebelum akhir sejarah Mesir kuno.

Bukunya yang merinci kehidupan orang Mesir kuno sangat berpengaruh. "Selama beberapa generasi itu telah menjadi sumber utama di Mesir kuno," kata Esmond.

Sebagian besar bukunya sangat akurat, dan beberapa informasi yang dikandungnya telah teruji oleh waktu. Namun terkadang, seperti yang dikatakan Esmond, Herodotus memiliki pendekatan yang sangat liberal terhadap kebenaran.

"Banyaknya kesalahpahaman dalam pengetahuan tradisional tentang Mesir kuno hingga hari ini, mungkin berakar dari buku tersebut (dari Herodotus)," katanya.

Sumber: arabicpost

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler