AS dan Iran Mendinginkan Ketegangan dengan Perundingan Baru

Pemerintah AS dan Eropa mencari cara untuk menahan program nuklir Iran.

Amerika Serikat dan Iran (ilustrasi)
Rep: Lintar Satria Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pejabat Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Iran mengatakan, dua negara menggelar pertemuan membahas langkah-langkah membatasi program nuklir Iran, membebaskan sejumlah warga AS yang ditahan di Iran dan mencairkan aset Iran yang dibekukan di luar negeri. Karena setiap kesepakatan harus ditinjau Kongres AS.

Baca Juga


Langkah-langkah ini dimasukkan ke dalam tahap 'kesepahaman' bukan kesepakatan. Banyak anggota Kongres AS yang menolak memberi Iran keuntungan karena bantuan militernya ke Rusia dan represi di dalam negeri dan dukungan pada proksi-proksi yang menyerang kepentingan AS di kawasan Timur Tengah.

Setelah gagal meraih kesepakatan dalam perundingan untuk mengaktifkan kembali Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), Washington berharap dapat membatasi perjalanan Iran memiliki senjata nuklir yang dapat mengancam Israel dan memicu perlombaan senjata di kawasan. Teheran menegaskan tidak berambisi memiliki senjata nuklir.

Pada 2018 lalu mantan presiden Donald Trump menarik AS dari perjanjian yang membatasi tingkat kemurnian uranium yang dapat dimiliki Iran sekitar 3,67 persen dan hanya sebanyak 202,8 kilogram itu. Setelah Trump menarik AS dari perjanjian yang disepakati 2015 itu Iran melewati batasan JCPOA secara bertahap.

Pemerintah AS dan Eropa mencari cara untuk menahan program nuklir Iran sejak perundingan tak langsung Iran-AS mengalami kegagalan. Kesediaan memulai kembali menggelar perundingan menggambarkan semakin waspadanya Barat pada kemajuan program nuklir Iran.

Washington membantah laporan yang mengatakan pemerintah AS sedang berusaha membuat kesepakatan sementara. AS berhati-hati membangun bantahan dengan membuka kemungkinan untuk "kesepahaman" yang dapat menghindari peninjauan dari Kongres.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matt Miller membantah...

 

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Matt Miller membantah terdapat kesepakatan dengan Iran. Namun, ia mengatakan, Washington ingin Teheran meredakan ketegangan dan menahan program nuklirnya, menahan dukungan pada proksi-proksi yang menggelar serangan di kawasan, menahan diri mendukung perang Rusia di Ukraina dan membebaskan warga AS yang mereka tahan.

"Kami terus melanjutkan keterlibatan diplomasi untuk mengejar semua tujuan-tujuan ini," kata Miller tanpa menjelaskannya lebih lanjut, Kamis (16/6/2023).  

Sementara seorang pejabat Pemerintah Iran mengatakan kedua belah pihak ingin meredakan ketegangan. "Sebut apa pun yang anda inginkan, apakah itu kesepakatan sementara, kesepakatan temporer atau kesepahaman, kedua belah pihak ingin mencegah ketegangan berlanjut," ujarnya.

"(Contoh pertamanya) akan melibatkan pertukaran tahanan dan mencairkan aset Iran yang dibekukan," katanya.

Ia menambahkan, langkah berikutnya mungkin mencabut sanksi-sanksi AS pada ekspor minyak Iran untuk mengurangi kemurnian uranium sebanyak 60 persen dan kerja sama Iran dengan pengawas nuklir PBB.

"Saya akan menyebutnya kesepahaman mendinginkan," ujar seorang pejabat Barat yang tidak bersedia disebutkan namanya.

Ia mengatakan terdapat lebih dari satu perundingan tak langsung antara pejabat Dewan Keamanan Nasional AS Brett McGurk dan Kepala Negosiator Nuklir Iran Ali Bagheri Kani di Oman.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler