Rasulullah SAW tak Pernah Bentak Pembantunya Sama Sekali
Rasulullah SAW menghormati para pembantu
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Drama asisten rumah tangga (ART) merupakan hal yang banyak dikeluhkan oleh para ibu-ibu muda. Dari ART yang belum berpengalaman, ART yang malas, ART panjang tangan, ART yang justru banyak ngatur, hingga ART sering minta pulang kampung.
Dari sekian banyak drama per-ART-an ini semoga saja kita bukan golongan dari mereka yang kerap menyiksa dan menganiaya ART. Karena Nabi Muhammad SAW pun tidak pernah memperlakukan dan merendahkan pelayannya, bahkan Nabi SAW juga tetap menghormati pelayannya dan inilah salah satu alasan yang membuat ibunda ummul Mukminin Sayyidah Khadijah jatuh hati kepada Muhammad SAW.
Dikutip dari buku Nabi Muhammad Sehari-Hari karya Muhammad Ismail Jawisy, Anas bin Mälik berkata:
خَدَمتُ النَّبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عَشرَ سِنينَ، فما أمَرَني بأمرٍ فتوانيتُ عنه أو ضيَّعتُه، فلامَني، فإنْ لامني أحدٌ مِن أهل بيتِه إلَّا قال: دعُوه، فلو قُدِّرَ -أو قال: لو قُضِيَ- أن يكونَ كان
"Aku telah melayani Rasulullah SAW selama sepuluh tahun, dan tidak pernah sekalipun beliau berkata 'uf* kepadaku, ataupun menegurku atas perbuatan yang aku kerjakan, "Mengapa kamu melakukan itu? atau bertanya tentang sesuatu yang aku tinggalkan dan tidak kerjakan, 'Mengapa kamu tidak kerjakan itu?' Tidak pernah pula memerintahku dengan sesuatu yang kemudian aku merasa lelah dan tidak sanggup dengannya, lantas Rasulullah memakiku. Dan jika ada seorang di antara keluarganya yang menegurku, beliau akan membelaku dengan berkata, 'Biarkanlah dia, karena jikalau sesuatu telah ditetapkan maka (sesuatu itu) pasti terjadi.”
Anas pun meriwayatkan dalam kesempatan lain, "Rasulullah SAW pernah memerintahkan aku untuk suatu keperluan, kemudian aku teralihkan oleh anak-anak yang bermain di pasar sampai aku terlupa pada keperluan tersebut. Tiba-tiba Rasulullah SAW menarik bajuku dari belakang, serentak aku menoleh dan ternyata adalah Rasulullah SAW yang sedang berdiri sambil tertawa, ia berkata, 'Wahai Anas kecil, pergilah laksanakan yang sudah aku perintahkan."'
Baca juga: Masuk Islam, Zilla Fatu Putra Umaga Pegulat WWE Ini Beberkan Alasannya yang Mengejutkan
Riwayat lainnya yang menjadi bukti kasih-sayang dan lemah lembut Rasulullah dalam bergaul terhadap para pelayan, adalah ketika ' Uqbah bin 'Amir Al-Jahny yang pernah menjadi kusir dalam suatu perjalanan bersama beliau, tiba-tiba saja Rasulullah SAW turun dari kendaraan dan menjadi kusir serta menyuruh 'Uqbah naik.
Diceritakan pula bahwa beliau pernah menyuruh Washtfah untuk melakukan suatu pekerjaan, tapi kemudian ia lalai dan berleha-leha, beliau berkata kepadanya, "Kalaulah bukan dikarenakan takutku akan qishash, niscaya aku akan membuatmu kesakitan dengan siwak ini."
Kasih-sayang dan kelemah-lembutan Rasulullah SAW...
Kasih-sayang dan kelemah-lembutan Rasulullah SAW terhadap para pelayannya adalah konsekuensi alamiah dari kepribadiannya dalam perilaku dan cara bergaulnya, bahkan jauh sebelum beliau diutus menjadi Nabi sekalipun.
Sejarah menceritakan bahwa perjalanan berdagang beliau ke negeri Syam bersama para hamba sahaya yang dimiliki Khadijah, sebelum menjadi istrinya, menjadi bukti paling nyata akan keluhuran akhlak Muhammad sebelum diangkat menjadi Nabi SAW.
Para hamba sahaya Khadijah, sangat kagum terhadap apa yang mereka rasakan dan saksikan disebabkan kelembutan beliau dalam memperlakukan mereka, dimana tidak pernah sekalipun mereka mendapatkan tuannya (Muhammad) memerintah atau melarang, atau merasa tinggi hati dan membentak.
Mereka hanya melihat dari Muhammad SAW sifat lemah-lembut dan tulus terhadap mereka, beliau sangat rendah hati dan sangat toleransi dalam bergaul bersama mereka maupun terhadap pedagang lainnya, maupun pembeli dari negara lain.
Baca juga: Mengapa Tuyul Bisa Leluasa Masuk Rumah? Ini Beberapa Penyebabnya
Sekembalinya dari perjalanan Syam, para hamba sahaya Khádijah menceritakan keluhuran budi Muhammad SAW kepada Khadijah, sesuatu yang membuat mereka terkagum-kagum, dan mungkin oleh sebab itulah salah satu alasan mengapa Khadijah menghormati dan menghargai sampai pada akhirnya menginspirasinya untuk mengambil keputusan menikahi Muhammad bin Abdullah.
Rasulullah pulalah orang yang mengusulkan Khadijah untuk memanggil para hamba sahaya dengan sebutan fatâya atau Fatty yang artinya pemuda dan pemudi, daripada menggunakan kata 'Abdun yang artinya hamba sahaya, karena beliau merasakan betapa "istilah" tersebut amat merendahkan derajat mereka sebagai manusia.
Dengan begitu, para pelayan di rumah tangganya merasakan perlakuan kemanusiaan yang layak dan mulia, penuh kasih-sayang dan kehangatan, mereka makan dengan makanan yang sama dengan Muhammad, dan memakai pakaian sama seperti yang dikenakan beliau, serta tidak pernah sekalipun mereka diberatkan dengan tugas-tugas yang diberikan.