Manufaktur China Lesu Seiring Lemahnya Permintaan

Data ekonomi menunjukkan pemulihan China belum menemukan pijakan stabil.

AP/Andy Wong
Pekerja di pabrik sepatu seluncur es di sebuah pabrik manufaktur di taman industri peralatan olahraga es dan salju di Zhangjiakou di provinsi Hebei, China barat laut, Kamis, 15 Juli 2021.
Red: Fuji Pratiwi

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Hasil survei sektor swasta pada Senin (3/7/2023) menunjukkan, pertumbuhan aktivitas manufaktur China melambat pada Juni. Kondisi itu akibat memudarnya sentimen dan meredanya rekrutmen karena perusahaan semakin khawatir tentang kondisi pasar yang lesu.

Baca Juga


Indeks Manajer Pembelian (PMI) Manufaktur Global Caixin/S&P turun menjadi 50,5 pada Juni dari 50,9 pada Mei yang menunjukkan ekspansi marjinal dalam aktivitas manufaktur. Angka indeks 50 poin jadi pembatas pertumbuhan dengan kontraksi.

Angka tersebut, dikombinasikan dengan survei resmi Jumat lalu yang menunjukkan berlanjutnya penurunan aktivitas manufaktur, menambah bukti bahwa ekonomi nomor dua dunia itu kehilangan momentum pada kuartal kedua karena permintaan melemah.

PMI manufaktur Caixin mensurvei sekitar 650 produsen swasta dan milik negara. Menurut ekonom, survei tersebut lebih berfokus pada perusahaan berorientasi ekspor di wilayah pesisir, sementara PMI resmi mensurvei 3.200 perusahaan di seluruh China.

PMI yang lemah, yang dianggap sebagai indikator ekonomi utama, menunjukkan China berjuang untuk mempertahankan pemulihan pascapandemi Covid-19 yang terlihat awal tahun ini. Pemulihan terjadi di tengah penurunan properti yang mengakar, pengangguran kaum muda yang tinggi, dan tekanan deflasi.

Pasar sekarang mengharapkan lebih banyak dukungan kebijakan untuk mendukung pemulihan ekonomi China yang tertatih-tatih. Di sisi lain, bank sentral memangkas suku bunga pinjaman utama pada Juni lalu untuk menopang aktivitas ekonomi.

"Banyak data ekonomi baru-baru ini menunjukkan bahwa pemulihan China belum menemukan pijakan yang stabil, karena masalah utama -- termasuk kurangnya pendorong pertumbuhan internal, permintaan yang lemah, dan prospek yang meredup -- tetap ada," kata Ekonom Senior di Caixin Insight Group, Wang Zhe, dilansir Reuters, Senin (3/7/2023).

"Masalah yang tercermin dalam PMI manufaktur Caixin China pada Juni lalu, mulai dari pasar kerja yang semakin mengerikan hingga meningkatnya tekanan deflasi dan memudarnya optimisme, juga menunjukkan kesimpulan yang sama," kata Wang Zhe menambahkan. 

Survei menunjukkan perluasan output manufaktur dan pesanan baru melemah pada bulan Juni. Pertumbuhan penjualan yang tertahan menyebabkan pemilik pabrik mempertahankan pendekatan ketenagakerjaan yang hati-hati, yang turun selama empat bulan berturut-turut. Situasi pasokan yang membaik dan permintaan yang lebih lemah dari perkiraan semakin menekan harga. Biaya input turun pada laju paling tajam sejak Januari 2016.

Sub-indeks pesanan ekspor baru, yang sedikit di atas 50, menandakan sedikit perubahan dalam jumlah bisnis baru dari luar negeri. Perusahaan mengatakan iklim ekonomi global yang lebih lemah telah mengurangi pesanan ekspor untuk barang konsumsi dan investasi, meskipun permintaan untuk barang setengah jadi meningkat. Optimisme untuk prospek 12 bulan kembali ke level rendah yang sama seperti Oktober lalu. Sekitar 17 persen produsen memperkirakan produksi yang lebih tinggi selama tahun depan, dibandingkan dengan enam persen yang mengantisipasi penurunan.

Dewan Negara, atau kabinet, mengusulkan langkah-langkah lebih lanjut untuk mendukung konsumsi produk rumah tangga termasuk dekorasi rumah dan peralatan rumah tangga pada Kamis lalu. Termasuk usulan meluncurkan paket keringanan pajak 520 miliar yuan (72 miliar dolar AS) untuk kendaraan listrik bulan lalu untuk menopang konsumsi.

 

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler