Mobil China Semakin Tinggalkan VW dan Toyota Setelah Empat Dekade Mendominasi Pasar
Merek mobil China menguasai 50 persen lebih pasar mobil dalam negeri.
REPUBLIKA.CO.ID, -- Merek mobil China berada di jalur yang tepat untuk menyumbang lebih dari 50 persen mobil yang dijual di pasar dalam negeri mereka tahun ini. Dominasi mobil listrik (EV) merek China menjadi salah faktor penyebabnya.
Konsultan AlixPartners, Rabu (5/7/2023) mengatakan hal itu akan menjadikan pertama kalinya pembuat mobil China menguasai sebagian besar pasar mobil China yang merupakan pasar terbesar di dunia.
Selama empat dekade terakhir, pasar mobil China didominasi oleh merek global yang sudah mapan seperti VW dan Toyota yang beroperasi dalam usaha patungan dengan mitra China.
Namun harga mobil merek China yang kompetitif, peluncuran model baru yang lebih cepat, dan munculnya produsen mobil listrik domestik seperti BYD , Nio, dan Xpeng Motors telah mengubah dinamika merek mobil buatan China. Bahkan China telah melewati Jepang sebagai pengekspor otomotif terbesar di dunia pada kuartal pertama tahun ini.
AlixPartners memperkirakan penjualan mobil secara keseluruhan di China akan tumbuh 3 persen tahun ini menjadi 24,9 juta kendaraan. Angka itu menunjukkan penjualan mobil di negera itu telah pulih ke tingkat penjualan sebelum Covid-19. Diperkirakan pertumbuhan penjualan mobil di China menjadi 30,6 juta kendaraan pada tahun 2030, ketika diproyeksikan lebih dari setengah kendaraan yang dijual di China adalah EV.
Pasar China untuk segmen yang disebut "kendaraan energi baru" (NEV), termasuk hibrida plug-in dan listrik murni, telah mendapat manfaat dari subsidi pemerintah sebesar 57 miliar dolar AS selama 2016 hingga 2022. “Sebaliknya, pemerintah AS telah memberikan subsidi sebesar 12 miliar dolar AS selama kurun waktu itu,” kata AlixPartners.
Tetapi pembuat EV China juga mendapatkan dukungan dari pemerintah pada pengembangan fitur-fitur seperti sistem bantuan pengemudi canggih bahkan pada mobil yang lebih murah.
“Daya saing itu akan membuat pembuat mobil China sebagai pengganggu bagi pembuat mobil global yang sudah mapan di tahun-tahun mendatang seperti halnya Tesla,” kata Stephen Dyer, yang mengepalai konsultasi otomotif AlixPartners di Asia.
"Akan menjadi yang terbaik bagi merek asing untuk belajar dari startup EV China yang baru jika mereka ingin bertahan di China atau menghadapi dampak gangguan dari merek tersebut di pasar dalam negeri mereka," kata Dyer lagi.
Dyer memperkirakan penjualan tahunan mobil bermerek China di pasar luar negeri akan tumbuh menjadi 9 juta kendaraan pada tahun 2030. Itu akan membuat merek China menguasai 30 persen pangsa global dan pangsa pasar 15 persen di Eropa, 19 persen di Amerika Selatan, dan 19 persen di Asia Tenggara dan Asia Selatan.
Menurut Dyer pasar China juga menghadapi kelebihan kapasitas besar-besaran, dan diperkirakan akan terjadi gelombang konsolidasi. Hanya 25 hingga 30 dari 167 merek NEV yang dapat bertahan hingga tahun 2030. “Lebih dari dua pertiga merek tersebut belum mencatat penjualan tahun lalu,” katanya.