Bank DBS Proyeksikan IHSG Bisa Capai 7.500 pada Akhir 2023

Penurunan IHSG seiring dengan sikap pelaku pasar atas kebijakan The Fed.

Republika/Prayogi.
Karyawan berada di dekat papan pergerakan saham di Gedung Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (10/2/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona merah, turun 0,25 persen atau 17,03 poin ke level 6.880 pada penutupan perdagangan Jumat (10/2/2023) sore ini.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Tim Riset Bank DBS GroupMaynard Priajaya Arif memproyeksikan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai level 7.500 pada akhir 2023 mendatang.

"Target IHSG akhir tahun 2023 sekitar 7.500. Untuk pertumbuhan ekonomi rata-rata market kita dibanding market ASEAN lain salah satu yang bagus. Kalau kita lihat pertumbuhannya di 5 persen untuk ekonomi, sementara valuasinya di indeks itu sekitar 0,79," kata Maynard dalam acara Media Briefing Bank DBS di Jakarta, Jumat (7/7/2023).

Selain IHSG, bursa saham Hong Kong Indeks Hang Seng (HSI) juga diprediksi mampu tumbuh positif dengan bertengger di level 22.000 pada semester ke-2 tahun ini. Namun, bursa saham lainnya seperti Strait Times Index (STI) dan Indeks SET belum menunjukan adanya pertumbuhan positif atau masih diproyeksikan netral sampai akhir 2023.

Maynard menjelaskan, secara internal ada berbagai sentimen positif yang mendorong pertumbuhan IHSG pada semester kedua. Pertama, adanya persiapan Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 yang cenderung memberikan dampak positif dengan adanya perputaran uang selama masa kampanye nanti.

Kedua, adanya tren inflasi yang semakin positif atau menurun. Ketiga, timbulnya potensi El Nino yang dapat memicu kenaikan harga sehingga menguntungkan sektor komoditas, terutama pertanian. Maynard menyebut sektor-sektor yang akan mencatatkan kinerja positif pada paruh kedua tahun ini, yakni perbankan, konsumsi serta telekomunikasi.

"El Nino memang diperkirakan tahun ini bisa separah tahun 2015 atau 2016 yang cukup ekstrim, kalau memang itu terjadi lagi, tentunya ini akan mengganggu juga terutama di sektor pertanian ya. Output atau hasil produksi akan terganggu, sehingga pasokannya terganggu, mungkin harga-harga komoditas bisa naik lagi," jelasnya.

Kemudian faktor eksternal yang turut mendorong meningkatnya level IHSG pada akhir 2023 yaitu munculnya ekspektasi The Fed untuk segera menunda kenaikan suku bunga atau dovish.

"Jadi, kami melihat pada semester kedua mungkin market akan rally, masih akan menunggu kapan kebijakan The Fed berubah dari hawkish menjadi dovish atau menahan suku bunga," ujarnya.

Adapun pada penutupan bursa saham sore ini, IHSG ditutup turun mengikuti pelemahan bursa saham kawasan Asia dan global. IHSG melemah 40,87 poin atau 0,60 persen ke posisi 6.716,46. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 8,67 poin atau 0,91 persen ke posisi 947,72.

Penurunan tersebut seiring dengan sikap pelaku pasar yang memprediksi The Fed kembali masih menggunakan kebijakan moneter yang ketat di bulan Juli ini.


sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler