Asal Usul Kepercayaan Diri Anak
Seorang guru Bahasa Arab pengganti, memasuki ruangan kelas di sebuah Madrasah Ibtidaiyah
GURU PENGGANTI
Seorang guru Bahasa Arab pengganti, memasuki ruangan kelas di sebuah Madrasah Ibtidaiyah. Ia menggantikan guru pelajaran yang mengambil cuti tersebut sampai akhir semester ini. Sebut saja namanya Ustadz Muflikhun.
Ustadz Muflihun memulai pembelajaran di kelas itu. Ketika ia bertanya pada seorang murid laki-laki yang duduk di bangku depan, ia bingung karena tiba-tiba suasana kelas menjadi riuh. Murid-murid lain tertawa tanpa sebab. Akan tetapi, karena sudah kenyang dengan pengalaman mengajar, ia faham betul, pastilah ada seusatu yang ditertawakan oleh anak-anak di kelas itu pada diri anak laki laki yang ditanya olehnya tadi. Setelah diselidiki ternyata anak laki-laki itu dikenal sebagai murid yang paling bodoh di kelas itu. Teman-temannya meremehkannya sehingga sering mengolok-olok dan menertawakannya.
Suatu hari, seusai pelajaran ia memanggil murid yang dianggap bodoh itu setelah seluruh teman-temannya pulang. Ia berkata sambil memberikan secarik kertas, “hafalkan baik-baik bait-bait syair yang ada di kertas ini, harus hafal betul dan ingat jangan engkau beritahukan kepada teman-temanmu. Siapapun !, murid itu mengangguk patuh.
Seminggu kemudian, Ustadz Muflikhun menyampaikan pelajaran baru di kelas itu, ia menulis syair di papan tulis, menerangkannya dan membacakannnya berulang-ulang, setelah itu ia berkata, “nah sekarang siapa yang hafal bait-bait syair ini?? tanyanya sambil perlahan ia menghapus tulisan syair itu di papan tulis. Tak seorang muridpun mengangkat tangan, kecuali murid yang dikenal bodoh oleh teman-temannnya itu, perlahan malu-malu ia berdiri dan menghafalkan bait-bait syair itu, hafalannya lancar sekali, teman-temannnya yang biasa mengolok-olok dan menertawakan, semua terkejut dan terdiam. Ustadz Muflikhun memujinya dan menyuruh teman-temanya untuk bertepuk tangan menghormatinya.
Demikianlah, berulang kali Ustadz Muflikhun memberikan hafalan-hafalan kepada si murid yang dianggap bodoh itu, tertawaan dan cemoohan teman-temannnya kini berubah menjadi kekaguman padanya. Hal ini mendorong perubahan besar pada jiwa si murid itu. Ia mulai percaya diri dan meyakini bahwa dia tidaklah bodoh, ia merasa mampu untuk bersaing dengan teman-teman sekelasnya, perubahan ini mendorongnya untuk semangat dan bersungguh-sungguh belajar di semua mata pelajaran.
Ketika ujian akhir tiba, murid ini berhasil lulus untuk setiap mata pelajaran dengan nilai yang sangat memuaskan, si murid bodoh itu kini sedang mengejar gelar doctor di sebuah universitas ternama di kotannya. Demikianlah asal usul sebuah kepercayaan diri serta strategi jitu seorang guru.