Rusia Incar Tank-Tank Leopard Jerman untuk Dilumpuhkan
Putin mengakui tank Barat lebih bagus dibandingkan T-72 buatan Soviet.
REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Presiden Rusia Vladimir Putin mengeklaim pasokan senjata dari Barat ke Ukraina tak akan mengubah apapun di medan perang. Ini hanya bakal memicu konflik lebih dalam. Ia menegaskan, tank-tank buatan Barat di Ukraina justru jadi target utama untuk dilumpuhkan.
Melumpuhkan tank mereka, jelas dia, menjadi pencapaian gemilang bagi pasukan Rusia. ‘’Pasokan senjata baru hanya akan memperkeruh situasi dan mengeskalasi konflik,’’ kata Putin kepada kantor berita pemerintah RIA Novosti, Kamis (13/7/2023).
Saat ditanya mengenai keputusan Prancis mengirimkan rudal jelajah jarak jauh yang bisa mencapai jarak 250 km, Putin tak kaget.Rudal tersebut, memang bisa menyebabkan kerusakan tetapi tak membuat keadaan di medan perang menjadi kritis.
’’Justru, prioritas target pasukan kami adalah tank-tank buatan asing yang dipakai Ukraina,’’ jelas Putin. Juga kendaraan tempur infantri. Rusia mengeklaim sejak 4 Juni hingga 12 Juli 2023 sebanyak 311 tank Ukraina yang disuplai negara-negara Barat berhasil dihancurkan.
Tanggal 4 Juni merupakan awal Ukraina menyatakan serangan balik terhadap Rusia, menyusul invasi yang dilakukan pada 24 Februari tahun lalu. ‘’Dalam jumlah signifikan, paling tidak sepertiga tank mereka buatan Barat, termasuk Leopard,’’ ungkap Putin.
Ia mengakui, tank-tank buatan Barat itu lebih bagus dibandingkan tank T-72 buatan Soviet. Bagi Ukraina, tank sanga krusial dalam serangan balik. Rusia, menargetkan puluhan kendaraan lapis baja pasokan Barat, baru-baru ini Leopard buatan Jerman menjadi incaran pasukan Rusia.
Dalam jumlah lusinan, pada bulan ini tank Leopard berhasil dihancurkan pasukan Rusia. Namun, Ukraina enggan mengakuinya. Pada Juni, Ukraina memang meminta tambahan tank Leopard dari Jerman untuk membantu laju pasukan daratnya.
Ukraina mengonfirmasi telah mendapatkan....
Secara terpisah, Ukraina mengonfirmasi telah mendapatkan senjata terlarang, bom tandan dari Amerika Serikat (AS). Ini tak lama berselang dari pernyataan Presiden Joe Biden pekan lalu bahwa pengiriman bom tandan ini merupakan keputusan sulit.
‘’Kami baru saja menerimanya. Kami belum menggunakannya tetapi senjata ini akan secara radikal membuat perubahan (di medan perang),’’ kata Brigjen Oleksandr Tarnavskyi, komandan Tavria Joint Forces Operation dalam wawancara dengan CNN, Kamis (13/7/2023).
Ia meyakini bom tandan ini akan memberikan keuntungan dalam pertempuran.’’Musuh juga memahami, dengan amunisi ini kami akan memperoleh keuntungan. Musuh akan menyerah di wilayah senjata ini memungkinkan digunakan,’’ ujarnya.
Tarnavskyi menuturkan, para seniornya akan memutuskan di area mana saja bom tandan ini akan dikerahkan. Sebab, ini merupakan senjata berkekuatan besar. Ia juga menekankan mengenai pembatasan penggunaan bom tandan.
Penggunaannya dilarang di wilayah berpopulasi padat meski dikuasai oleh pasukan Rusia. Sebelumnya, AS menyatakan telah mendapatkan jaminan tertulis dari Ukraina bahwa mereka tak akan melepas bom tandan di wilayah sipil, penggunaannya juga akan dilacak.
‘’Rusia berpikir kami akan menggunakannya di setiap area pertempuran. Ini dugaan yang salah. Namun mereka sangat khawatir,’’ katanya.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, menyatakan Moskow akan terpaksa menggunakan senjata serupa jika AS memasok bom tandan ke Ukraina. Pekan lalu, AS memutuskan mengirimkan bom tandan ke Ukraina untuk melawan Rusia.