Delegasi Indonesia Raih 11 Emas dan 9 Perak dalam Asia Arts Festival di Singapura

Asia Arts Festival dilaksanakan di Singapura pada 11-15 Juli 2023.

foto istimewa
Indonesia meraih 11 emas di ajang Asia Art Festival di Singapura pada 11-15 Juli 2023
Rep: Amri Amrullah Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA – Delegasi Indonesia yang diwakili oleh Sanggar Tari Gandrung dance Studio Jakarta dan UKM Rampoe Fakultas Ilmu Budaya UGM meraih 11 piala emas dan 7 Perak dalam Festival Seni Asia (Asia Arts Festival) ke-10, yang dilaksanakan di Auditorium Seni School of the Arts (SOTA), Singapura, pada Selasa hingga Sabtu (11-15/7/2023).

Selain meraih emas dan perak, tim Rampoe UGM juga terpilih untuk tampil secara khusus pada Gala Penutupan Festival sebagai the Best Folk Dances Category 10th Asia Arts Festivals 2023. Tim Indonesia tampil di depan para dewan juri serta undangan dari kalangan pemerintah, kedutaan besar serta lembaga kebudayaan di Singapura.

The Asia Art Festival digelar sejak 2013 yang secara akumulatif sudah menampilkan 2600 seniman muda dari 20 negara dunia. Tidak hanya negara dari benua Asia, tapi juga negara Jerman, Rusia, Scotlandia, New Zealand dan negara lain di belahan Eropa dan Amerika.

The Asia Arts Festival digagas oleh Francis Liew, seorang seniman dan tokoh music di Singapura. Dalam perjalanannya membina festival ini, ia dibantu penuh oleh sebuah Lembaga nirlaba di Singapura, yang memfokuskan diri pada pengembangan seni dan kebudayaan Asia.

Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kedutaan Besar RI di Singapura, IGAK Satrya Wibawa menyatakan, rasa bangganya atas partisipasi dan keberhasilan delegasi Indonesia pada festival ini. Terlebih lagi, delegasi Indonesia membawakan tarian tradisi Indonesia yang sangat beragam.

“Gandrung Dance Studio dan UKM Rampoe UGM menjadi duta budaya Indonesia yang menunjukkan keberagaman budaya kita. Mereka menjadi pembeda diantara para peserta lain yang tampil dengan seni kontemporer,” ujar Satrya.

“Keberhasilan ini juga menunjukkan bahwa seni tradisi Indonesia tetap diminati kalangan muda Indonesia dan punya kesempatan besar untuk berjaya di tingkat dunia” lanjutnya.

Ia menyatakan Kemendikbudristek dan KBRI Singapura secara konsisten mendukung usaha-usaha untuk melestarikan kebudayaan dan seni tradisi Indonesia secara konsisten. Seperti Gandrung Dance Studio dibawah asuhan Rosmala Dewi mengirimkan 28 penarinya untuk berlaga di beberapa kategori.

Tim penari ini membawakan beberapa tarian tradisional Sunda, Bali, Jawa, Sumatra serta Sulawesi pada kategori group dan solo. Menariknya, diantara para penari terdapat satu orang penari termuda yang masih kelas satu SD, atau berusia enam tahun yang meraih medali perak pada kategori group.

Rosmala mengungkapkan rasa bangganya karena membawa nama Indonesia dan menarikan tarian tradisional Indonesia yang sangat beragam. “Awalnya, melihat para penari kami yang masih muda tampil pada event kompetisi internasional saja sudah bangga," katanya.

"..tapi begitu tahu kerja keras mereka dihargai dengan piala emas, kebahagiaan kami berlipat ganda,” jelas Rosmala yang rajin mengirim anak didiknya pada beragam kompetisi tari dunia.

Tim Rampoe UGM menampilkan tari Ratoeh Pukat yang mengkombinasikan tari Ratoeh Jaroe dan Tarek Pukat. Saat tampil di ajang tersebut, Rampoe UGM menampilkan tari Ratoeh Jaroe sebagai bagian pertama, kemudian Tarek Pukat sebagai bagian kedua.

Ketika tari Tarek Pukat dimulai, penari menggunakan properti tali untuk membuat semacam jaring ikan sambil menari. Fatimah Khilwana sebagai Ketua Tim UGM, mengungkapkan perasaan bangganya atas pencapaian yang diraih oleh timnya tersebut.

Kemenangan di ajang itu lantas menjadi salah satu pengalaman luar biasa, Fatimah karena ini pertama kalinya bagi mereka mengikuti festival di Singapura. Namun rupanya, di balik kemenangan tersebut ada cerita menarik yang ingin Fatimah bagikan.

“Dalam waktu tiga hari, kami harus mengubah gerakan dan juga formasi dikarenakan satu dan dua hal. Hal tersebut awalnya sempat membuat kami sangat takut. Bahkan di hari penampilan pun, kami merasa gelisah dan sering muncul pertanyaan ‘bisa kan yah kita?’” tutur Fatimah.

Selain tantangan tersebut, tim Rampoe UGM yang saat itu baru menyelesaikan sebuah festival di Turki sempat mengalami kelelahan akibat perjalanan panjang. Beruntung setelah merampungkan penampilan dengan apik, muncul euforia dan rasa haru yang tidak bisa dibendung setiap anggota.

Semua tenaga dan waktu yang diinvestasikan untuk acara ini terbayar dengan penghargaan yang didapat. Dengan keikutsertaan dan hasil yang diperoleh dalam festival ini, semua berharap hal ini dapat menjadi motivasi bagi orang lain dan juga generasi selanjutnya di sanggar ini.

"Di Sanggar, kami akan tetap semangat dalam memperkenalkan budaya Indonesia, baik di kancah nasional maupun internasional,” ujar Fatimah dan Rosmala.


Baca Juga


 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler