Komnas Perempuan: Kekerasan Berbasis Gender di Lokasi Bencana Fenomena Gunung Es
Kekerasan berbasis gender juga dipengaruhi budaya patriarki.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komnas Perempuan menyatakan bahwa kekerasan berbasis gender di lokasi bencana alam merupakan fenomena puncak gunung es. Kekerasan berbasis gender ini juga turut dipengaruhi budaya patriarki yang berlaku di masyarakat.
"Kekerasan berbasis gender pada konteks bencana, sama seperti yang terjadi di ranah lainnya, pada dasarnya merupakan fenomena gunung es," kata Anggota Komnas Perempuan Retty Ratnawati dalam webinar bertajuk "Konsultasi Publik dalam Pengembangan Rekomendasi Kebijakan Penganggaran Penyikapan Kekerasan Berbasis Gender dan Kelompok Rentan dalam Konteks Kebencanaan di Indonesia, di Jakarta, Kamis (26/7/2023).
Menurut Retty, situasi tempat pengungsian, ruang tidur terbuka, MCK (mandi, cuci, kasus) yang terbuka, dan tidak adanya bilik mesra membuat perempuan rentan menjadi korban kekerasan berbasis gender di lokasi bencana. Retty mengatakan kasus kekerasan berbasis gender dalam konteks bencana pertama kali tercatat dalam pendataan Catatan Tahunan Komnas Perempuan tahun 2006, yakni empat kasus kekerasan seksual di lokasi pengungsian di Aceh.
Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2010 juga mendokumentasikan lima kasus kekerasan dalam rumah tangga dan satu kasus pengintipan dalam pengungsian bencana di Wasior, Papua. Pada 2018, Komnas Perempuan mencatat kerentanan perdagangan orang pada situasi bencana di Palu.
Sementara itu, mengutip dari data UNFPA 2019 pada situasi masa darurat bencana di Palu, Sigi Donggala, Sulawesi Tengah, kasus kekerasan terhadap perempuan, di antaranya KDRT, pelecehan seksual, perkosaan, dan percobaan perkosaan, hingga eksploitasi seksual untuk tujuan seks komersial juga terjadi.
Terkait penanganan kasus kekerasan berbasis gender di lokasi bencana, Komnas Perempuan pun memandang pentingnya penyikapan pemerintah terhadap aksesibilitas pada layanan kesehatan dan kesehatan reproduksi, ketersediaan anggaran, dan penanganan kekerasan berbasis gender dan pelibatan dalam kebijakan penanganan bencana.